Mohon tunggu...
babimales snoozy
babimales snoozy Mohon Tunggu... -

"There's always a light at the end of the tunnel "

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilih WC atau tong sampah umum?

27 September 2011   14:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah saya  menjalani kehidupan di negeri yang disebut tirai bambu yang juga diperkirakan akan menjadi negara yang mungkin akan memimpin ekonomi dunia di masa yang akan datang, saya telah berhasil untuk beradaptasi dengan kebiasaan kebiasaan yang saya anggap tidak sesuai atau saya anggap aneh dengan norma budaya indonesia.  Tanggal 27 Disember 2009 dengan selamat saya dan anak saya mendarat di Kepulauan Hainan, Sanya  yang terletak dibagian Selatan Cina.  Banyaknya cerita-cerita tentang cina adalah tempat belanja yang murah dari barang  asli(entah betul asli atau tidak)  sampai yang betul-betul palsu atau tempat surga  makanan dari semua binatang yang ada dimuka dunia ini, ternyata Sanya agak sedikit berbeda. Entah bagaimana ceritanya,Sanya bukan tempat yang dikatakan sebagai “shopping heaven” dengan harga yang murah melainkan barang-barang disini tidak begitu banyak jenisnya dan harganya sangat mahal dibandingkan dengan kota-kota Cina lainnya yang berada di mainland china.  Disini hanya terdapat satu Mc.donald dan tiga KFC. Lainnya adalah restoran lokal cina yang rasanya tidak terlalu memanjakan lidah orang yang berasal dari Indonesia seperti saya ini. Bagi saya hanya satu mall atau yang disebut shopping center yang saya anggap layak untuk dikunjungi. Jelas ada beberapa tempat perbelanjaan di Sanya ini karena tempat ini adalah destinasi para turis lokal dan turis dari Rusia, tapi bagi saya hanya satu pusat perbelanjaan yang saya anggap lumayan dengan harga terjangkau yang juga difasilitasi beberapa restoran  dan bioskop.  Lebih spesifiknya cuman satu bioskop inilah yang ada di Sanya. Awal-awal minggu saya di sini, saya berkunjung ke pusat perbelanjaan tersebut yang kata orang-orang tempatnya keren dan banyak dikunjungi wisatawan dan tentunya orang-orang lokal disini. Ternyata  lebih mirip seperti pusat perbelanjaan Ambasador di Kuningan. Sampainya disana entah bagaimana saya sangat ingin buang air kecil alias "kebelet pipis" . Banyak cerita tentang betapa joroknya wc umum di cina yang saya pernah dengar dari teman- teman saya, dan inilah saatnya saya mengalami sendiri betapa tidak indahnya wc  tersebut untuk  membuang air seni yang sudah diujung tanduk. Pertama saya disambut dengan 'wanginya" wc tersebut yang cukup untuk buat saya muntah ditempat. Disitu ada beberapa wc dan semuanya adalah wc jongkok. Bagi saya wc jongkok tidak bermasalah karena saya anggap wc tersebut lebih "hygienic" ketimbang dengan wc duduk, tapi untuk para bule-bule, mereka berfikir wc jongkok ini memicu sakit kaki dan sakit pinggang karena harus jongkok dan harus punya keahlian sendiri agar pipis tersebut masuk pas di lubangnya. Saya berdiri disana karena saya sedang berfikir untuk memilih wc mana yang saya akan pakai. Setelah saya perhatikan saya sempat bingung karena beberapa wc tersebut tidak ada pintunya, tapi saya agak tenang ada satu wc yang berpintu, jadi saya milih untuk buang air kecil di tempat tersebut. Pas saya buka pintu tersebut saya telah dikejutkan dengan adanya tinja dari orang orang sebelumnya. Jelas saya tidak akan buang air kecil disitu. Akhirnya saya memilih wc yang pintunya rusak yang tidak ada kunci dan agak miring sedikit. Disitu saya dikejutkan dengan tempat sampah yang ada didalam wc tersebut dengan penuh pembalut wanita yang dibuang begitu saja dan tidak dilipat atau tidak terbungkus.  Akhirnya tinggal satu wc yang pintunya tidak ada dan ada seorang wanita sedang jongkok manisnya tanpa rasa malu saya berdiri didepan wcnya. Setelah dia selesai memakai wc tersebut tanpa pintu, karena saya sudah diujung tanduk, saya tidak punya pilihan dan saya terpaksa buang air kecil di wc tersebut tanpa pintu dengan rasa bersyukur tidak ada orang lain pas saat saya berada disitu. Berat untuk saya mengalami minggu- minggu pertama dengan dikejutkan masalah kebersihan wc disini.  Waktu berlalu begitu cepat disini dengan adanya pengalaman-pengalaman yang saya lihat sendiri  dimana banyak ibu-ibu yang membiarkan anaknya buang air kecil di tong sampah umum, sampai suatu saat saya juga lihat mereka membiarkan anak-anaknya untuk buang air besar di pinggir jalan. Dari pengalaman tersebut membuat saya berfikir, mungkinkah buang air kecil atau air besar di tong sampah umum atau di trotoar  lebih bersih ketimbang ke wc-wc umum yang telah disediakan? Jawaban saya iya jelas lebih bersih karena kalau anak saya mau buang air kecil jika sedang berada diluar rumah, berat rasanya untuk ke wc yang telah tersedia mengingat pengalaman saya sebelumnya.

PS: Para kompasianer yang baca..tolong dong kasih tau gimana upload foto. Udah klik di Upload atas..tapi kok gak bisa sih??? :-(

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun