Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) pada tahun ajaran 2022/2023, SMA Negeri 3 Purwokerto wajib untuk melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada kelas X atau fase E.
Salah satu kegiatannya ditahap pertama ini ada di bulan September ini, yaitu projek dengan tema “Kewirausahaan”, “Kearifan Lokal” dan “Gaya Hidup Berkelanjutan”. Acara dengan beragam topik yang diangkat ini digelar dari hari Senin - Rabu yaitu tanggal 12 – 14 September 2022, dari ketiga tema yang telah disebutkan tadi untuk 2 tema telah dijelaskan pada artikel yang sudah kami unggah sebelumnya Gelar Karya "Kewirausahaan" P5 dan Gelar Karya "Kearifan Lokal" P5.
Untuk artikel kali ini kami akan membahas tentang kegiatan Gelar Karya “Gaya Hidup Berkelanjutan” Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMA Negeri 3 Purwokerto.
“Tema Gaya Kehidupan Berkelanjutan ini mulai dari perencanaan sampai dengan penyelesaian dikerjakan oleh peserta didik dalam masa sekitar 3 minggu dengan sistem waktu pelaksanaan pola blok”, papar Elya Tati Subarkah, S.Pd, Waka Kurikulum SMA Negeri 3 Purwokerto sekaligus Ketua 1 kegiatan Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini. Hal yang senada juga disampaikan oleh Sumarsono, S.Pd, Waka Kesiswaan yang merangkap juga sebagai Ketua 2 kegiatan Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, lebih lanjut dia menjelaskan, “untuk mengawali projek ini pada tahap pertama ini dilaksanakan selama 3 pekan dengan urutan kegiatan yang telah diatur oleh Tim Kurikulum dan Tim P5”.
Tema Gaya Hidup Berkelanjutan ini diselenggarakan guna memberikan pengetahuan dasar kepada peserta didik dimana pada dasarnya gaya hidup berkelanjutan adalah menjalankan hidup dengan kesadaran dan berpikir dalam jangka panjang, karena hampir semua tindakan yang dilakukan memiliki dampak pada lingkungan dan orang lain yang berarti:
- Sadar kalau ada sumber daya alam yang terbatas, sehingga manusia harus bijak menggunakannya.
- Lebih cermat ketika membeli barang/jasa. Manusia tak hanya melihat fungsinya, tapi juga siklus hidup barang tersebut atau dampak lingkungan yang disebabkan layanan tersebut.
- Eco before Ego. Menempatkan keberadaan manusia sebagai bagian dari lingkungan, bukan entitas yang terpisah, apalagi sebagai “penguasa” yang bisa memperlakukan lingkungan atau mengeksploitasi sumber daya alam seenaknya.