Mohon tunggu...
Babeh Helmi
Babeh Helmi Mohon Tunggu... profesional -

Babehnya Saras n Faiz . Twitter : @Babeh_Helmi . . @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Puisi

“Walau puasa, kami sudah siap tempur.”

14 Agustus 2010   03:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita sebelumnya ("Ampun Mbok! Ada Bom!")

.

Kelima pandawa, Gugun, Hendra, Ngashim, Sigit dan Jenni, berlari cepat meninggalkan musholla SD Canting. Mereka masih tertawa cekikikan karena melihat 2 ibu guru galaknya yang masih cemberut, kesal karena tidak sepenuhnya berhasil mengerjai 5 anak muridnya yang nakal itu. “Biar, hari ini gagal, tapi belum tentu di hari lain”, gumam Ibu Gendis sambil menggembungkan pipinya tanda cemberut. Begitu juga Ibu , sambil mengelus-elus dagunya yang tidak berjenggot itu, ia pun turut bergumam, “Sore ini adalah kesuksesan yang tertunda. Huh!”.

Babeh Helmi sudah menunggu di kelas. Di sana sudah ada yang menunggu terlebih dahulu, yaitu Unyil dan Ika Maria. Melihat para pandawa masuk ke dalam, Unyil pun menyinyirkan mulutnya tanda kesal, karena dia tahu kalau pandawa datang, maka kesempatannya untuk belajar kesenian, jurusan seni bela diri, program studi memanah, pasti akan berkurang.

Sambil berjalan ke bangku kelas, 5 Pandawa itu melihat mulut nyinyiran Unyil. Karena itu, mulailah mereka serentak merubah gaya berjalannya menuju bangku dengan sikap petantang petenteng, seperti jalannya jagoan pasar. Di belakangnya, ibu guru Gendis dan ibu guru , yang mengikuti mereka dari musholla, bertambah sebal dengan tingkah polah badungnya kelima anak didiknya itu, yang berjalan dengan melenggok-lenggokan pantat mereka.

Sambil meletakkan pantat mereka di bangku, kelima pandawa langsung membuka baju mereka, dan memamerkan otot-otot mereka sambil cengar-cengir. Sekali-kali mereka saling berpandangan, tapi lebih seringnya mereka memamerkan bentuk badan mereka yang lucu-lucu itu ke arah Ika Maria dan Unyil, dengan maksud menakuti mereka, serta dalam rangka menambah perbekalan sebalnya  si Unyil.  Hahaha, kebayang kan adegan petantang-petentengnya kelima cowo ini yang bertelanjang dada di kelas. Hahaha. Silakan dibayangkan, bagaimana Gugun yang gondrong itu memamerkan badannya.  Begitu juga Hendra dengan campuran kepalanya yang plontos. Apalagi Ngashim yang memamerkan badannya karena terpacu motivasi mengejek Unyil dan Ika Maria. Begitu juga si kembar Jenni dan Sigit, yang memutar-mutar badannya untuk memamerkan keindahan tubuhnya. Sementara itu Ika Maria, Unyil, ibu Guru Gendis dan Ibu Guru Meisha Shasha makin dongkol melihatnya.

BRAKK!!

Tiba-tiba meja dipukul oleh Babeh Helmi. Semua orang di dalam kelas kaget. Keterkejutan itu menyambar reaksi. Ika Maria dan Unyil terdiam menunduk. Begitu juga Ibu Guru Gendis dan Meisha Shasha.

Namun, lain halnya dengan kelima pandawa. Mereka mengeluarkan reaksi yang berlawanan, yaitu langsung serentak mengeluarkan jurus-jurus andalannya,  jurus bertahan dari serangan musuh.  Mungkin ini juga sebagian dari reaksi latah dan sisa latah mereka di musholla.  Sekarang mereka mengeluarkan suara-suara seperti saat Bruce Lee berkelahi “Hiat.. hiaaat .. Ciat .. ciaaaat .. Huwaaaaaaaa … Yuhuuu … ” Sampai akhirnya di pose jurus terakhir dalam gaya menahan serangan, Gugun berteriak, “Yang mana musuhnya, Guru?”.  Hendra ikut menimpali, “Biar saya pites tuh orang. Mana dia?”

Dalam posisi ke dua tangan di depan muka seperti halnya petinju, Ngashim pun bertanya ke Babeh Helmi, “Saya sudah siap, Guru! Siapa lawannya, Guru?”

Babeh Helmi : Siapa yang nyuruh kalian beginiiiiii?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun