Minggu lalu, tepatnya hari Sabtu tanggal 27 Nopember 2010, Pensil 324 mengadakan peluncuran novel tetralogi karya Kit Rose. Novel pertamanya Kit Rose ini berjudul "Melukis Langit". Acaranya berlangsung sederhana, namun meriah. Lokasi peluncuran novelnya di Bukafe, Pensil 324 Publisher, jalan Duren Tiga 88, Jakarta.
Banyak teman kompasianer yang baru selesai mengikuti perayaan ulang tahun Kompasiana ke-2, mengikuti acara ini, walaupun perjalanan menuju daerah duren tiga ditemani hujan lebat. Di Bukafe itu, toko buku, penerbit sekaligus kafe kopi, telah menunggu teman-teman penulis dan penyelenggara. Bahkan Ibu Iing Anwarini H Hermawan, selaku Pemilik Bukafe dan Penerbit dari Novel "Melukis Langit" tetap setia menunggu kami.
Walau
Imansyah Rukka (dari Ujung Pandang),
Zulfikar Akbar (dari Bandung) dan
Hadi Samsul (dari Cianjur) datang dari luar kota untuk mengikuti acara ulang tahun Kompasiana, di sana ada juga kompasianer yang datang dari luar pulau. Dia adalah
Budi van Boil, yang datang dari Banjarmasin untuk mengikuti acara ini. Begitu juga pengopi kompasiana,
Nuraziz Widiyanto yang datang dari Bandung, yang didaulat sebagai pembicara untuk menelaah novel "
Melukis Langit".
Dipandu oleh
Jimmo, kompasianer yang sudah lama tidak berjumpa di kompasiana ini, acara pun dimulai dengan sambutan dari Ibu
Iing Anwarini H Hermawan. Beliau mengungkapkan kalau dia terkesan sekali dengan isi dari novel ini, padahal dia pun baru baca dan saat itu belum lama mengenal
Kit Rose dan karyanya. Karena langsung jatuh hati, beliau langsung menerbitkan Novel "
Melukis Langit". Untuk diketahui, sebelumnya beliau, melalui
Pensil 324, tidak pernah menerbitkan novel, selalu menerbitkan catatan atau buku-buku inspiratif, seperti buku-buku karya suaminya
Prof. Dr. Hermawan Sulityo.
Selanjutnya,
Nuraziz Widiyanto bicara tentang telaah novel "
Melukis Langit". Penyampaian yang menarik darinya adalah tentang rasionalitas dan irrasionalitas yang ada dalam novel itu, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, masalah irrasionalitas selalu hadir dan nyata di kehidupan rumah tangga. "
...dimana rasionalitas, scientific, dan segala macam yang ada di dalam peradaban modern ini selalu muncul, membingkai semua alasan-alasan tingkah laku, alasan-alasan tindakan kita sekarang ini. Sisi-sisi fungsional, kemudian masuk ke wilayah manajemen rumah tangga. Antara suami dan istri, hanya sebagai job-desk." Nuraziz juga menyinggung tentang keajaiban dari cara penulisannya Kit Rose. Begitu juga dengan puisi-puisi yang ada dalam novel itu.
Diskusi pun berlanjut pada tanya jawab yang menarik, saat
Arrie Boediman Laede mempermasalahkan ke-super-power-an wanita.
Herjono Arif Bowo ikut menanggapi soal ini dengan mencuplik sedikit paragraf dari novel "
Melukis Langit" dan menyatakan bahwa novel ini juga memperlihatkan soal ke-super-power-an wanita.
Mas Yono (
Buanergis Muryono) mengapresiasi novel ini dengan menyatakan bahwa banyak yang dapat diambil dari kisah di dalam novel karya
Kit Rose itu, seperti potret kejujuran dari seorang penulis. Ada 3 poin dalam dunia seni dan sastra yang dibahas Mas Yono berkaitan dengan isi novel, yaitu
sebagai penulis, dia tidak boleh sombong, tidak boleh rendah diri, dan memiliki loyalitas tinggi, agar menghasilkan karya yang kreatif kelas tinggi. Beberapa blogger juga membahas pencapaian kepenulisan Kit Rose. Seperti Imansyah Rukka yang terkesan dengan inspirasi yang mengalir deras dari Kit Rose dalam menghasilkan novel "Melukis Langit", sehingga Imansyah akan berupaya membantu untuk peluncuran no
vel tersebut di Makasar.
Arif B Santoso juga mengutarakan soal gaya kelam sang penulis yang sering menggambarkan tentang kepahitan hidup, namun sesungguhnya ada suatu pembelajaran di situ. Begitu juga soal nama Nini Purniawati, sang tokoh di novel "Melukis Langit", Arif menjelaskan bahwa sosok Nini Purniawati masih "hidup" di sekitar kita.
Lihat Catatan Selengkapnya