Malam pun makin pekat. Angin berhembus agak kencang, membuat rimbunan pohon bambu di sekitar situ berdesir. Suasana hening. Kalau kalian ada di situ, pasti bulu kalian bergidik. (Bulu?? Hush, ngeres ajah nih, kebiasaan browsing situs XXX, ya? Ini Bulu Romaaaa, temennya Ricca).
Tiba-tiba pohon bambu yang rimbun itu bergoncang. Dari sela-sela rimbunan pohon, keluarlah tangan berkuku panjang, disusul menyembul tampang yang buruk, rambutnya panjang acak-acakan, bertaring dan menggeram, "Hoarrhhh." Berbaring terseok-seok mahluk menyeramkan itu keluar dari rimbunan bambu. Sepertinya mahluk itu sangat sulit mengeluarkan tubuhnya, yang dibalut baju putih panjang, dari cengkeraman pohon bambu.
"Hoaarrhh... Â Tolongin dooooong. ... Hoaarrhhhhh!!" Â (lhaa, setan kok minta tolong?)
Tiba-tiba ada suara muncul di samping mahluk itu. "Kenafaaaaa?"
"AJALABAWAJABAAAAAAAAA." Keluarlah latahan si mahluk karena dikagetkan oleh suara di sampingnya.
"Lhaa, setan kok latah?"
"Eh aseem lu yee, ngagetin gue ajaaa!" Si mahluk  nyerocos ke arah suara. Dan ternyata ada seseorang di sampingnya, berkostum hitam-hitam dan berjanggut panjang. Mereka akhirnya saling bertatapan.
"BAHH!" ujar si janggut panjang kaget.
"Lha kok? Kenapa Mbah? Eh, saya panggil mbah aja, ya, soalnya janggutnya panjang."
"Ngga... ngga kenapa-napa," Mbah janggut tidak mau menjelaskan kenapa dia juga tiba-tiba kaget melihat tampang buruk si mahluk. Tapi, terawangan dari sini, di dalam hati mbah janggut tersembul kalimat, "Kok mirip gue, ya?" (gubraaaaaakk)
"Eh, kenafa tadi menggeram di situ, Luk?" ujar Mbah Janggut.