Cerita Pertama (1) Ketakutan di Malam 1 Suro Cerita kedua (2) Ketakutan lagi di Malam 1 Suro
Saya tidak mau terobsesi kalau malam ini adalah malam yang angker. Tidak perduli ini malam jumat ataupun ditambah dengan Malam 1 Suro, yang biasanya malam seperti ini hantu-hantu seperti kuntilanak akan bebas berkeliaran. Pikiran-pikiran seram itu tidak mau mengganggu saya. Saya tidak mau diteror oleh cerita-cerita seperti itu.
Tapi entah kenapa, perasaan saya menjadai tidak enak. Saya sangat merinding. Bulu kuduk saya berdiri. Terasa kalau hawa bertambah dingin, seolah-olah ada angin dingin berputar di sekujur badan saya.
Saya masih sendirian di dalam kamar. Membereskan berkas-berkas. Merapikan meja. Mematikan komputer. Berusaha setenang mungkin. Padahal dalam pikiran saya berkecamuk kisah seram tersebut.
Setelah mematikan lampu kamar, saya keluar kamar untuk bergegas pulang. Waktu menunjukkan pukul 11.30 malam. Saya melihat ke sekeliling ruang departemen saya yang luas, gelap gulita. Saya berjalan menuju lobby, dan di sana bertemu Security tadi sedang mengisi buku laporannya.
Dia menatap saya. Hampa. Saya pun hanya diam menatapnya kembali. Saya tidak mau terlihat takut, dan berusaha menyembunyikan perasaan itu. Saya hanya tersenyum kecut.
"Duluan, ya, Mas," kataku.
"Oh, silakan, Mas," jawabnya. Namun, "Hati-hati, Mas" lanjutnya. Saya segera menengoknya. Sial, kenapa dia harus berkata seperti itu. Wah, kalimat yang membuat saya kembali ke perasaan takut saya. Padahal saya sudah berusaha menghilangkan ketakutan itu dengan meyakinkan diri saya kalau saya berani.
Saya hanya menjawab dengan senyum. Security itu kembali ke buku laporannya. Saya mulai memencet tombol lift untuk turun. Pintu lift segera terbuka. Rupanya, lift tersebut diam tak bergerak di lantai 17, karena tidak ada yang menggunakannya. Saya melihat pintu perlahan bergerak terbuka. Namun saya tidak berani melihat langsung ke dalam lift, karena lampu di dalam lift belum menyala. Saya tidak berani menatap langsung lift yang gelap, takut seandainya di dalam lift tersebut sudah ada sosok mahluk halus berpakaian putih berdiri melayang di dalam lift. Ah... pikiran itu kembali menghantui saya.
Sesaat kemudian lampu neon lift berkedip-kedip. Saya perlahan menengok ke dalam lift, memastikan kalau lift tersebut memang kosong. Perasaan mulai berkecamuk. Saya berusaha keras meyakinkan diri saya kalau saya berani turun sendirian dengan menggunakan lift tersebut. Saya berusaha menghilangkan cerita-cerita film di dalam pikiran saya, yang menampilkan adegan teror hantu di lift seperti di film THE EYE dan COMING SOON itu. Saya tidak mau saya terjebak di lift yang mengurung saya, sementara sang hantu muncul di saat lift sedang bergerak turun dan perlahan menghampiri saya dari arah belakang, membiaskan hawa dinginnya ke tubuh saya, dan ... menampakkan wajah seramnya di samping saya, padahal saya tidak bisa lari kemana-mana karena terkurung di lift. Saya juga tidak mau terjebak di dalam lift seandainya PLN dengan gagahnya memadamkan aliran listrik di daerah perkantoran pada saat ini juga, sehingga saya terjebak di dalam lift yang gelap. Walaupun pasti petugas genset menyalakan listrik kembali dan lift kembali bisa bergerak, namun tetap saja saya tidak mau terjebak ketakutan dalam gelap walau beberapa saat.
Hah... Malam 1 Suro terus meneror saya, membuat saya terpaku di depan lift.