Mohon tunggu...
Pesisir BJ
Pesisir BJ Mohon Tunggu... -

Orang kampung pesisir yang sedang "belajar menjadi manusia" dan "sebuah generasi", mempunyai nama "Babang Juwanto", tanpa 'M', d/a Dsn. Lubuk Laut RT/RW: 10/- Kec. Lubuk Besar Kab. Bangka Tengah Provinsi Kep. Bangka Belitung Indonesia. 'Di sini', saya hanya ingin belajar dari cerita "kehidupan" para kompasianer. Tidak lebih dari itu... Wish you all the best, pals.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aporisma “Don’t Hold on to Anything Too Firmly”

27 Juli 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jangan berpegang pada sesuatu terlalu berat. Orang bodoh adalah orang yang keras kepala, dan orang yang keras kepala adalah orang yang bodoh, dan semakin keliru pertimbangan mereka semakin kuat mereka berpegang pada rasa pertimbangan tersebut. Sekalipun apabila anda benar, sebaliknyalah apabila memiliki sikap yang longgar: orang akan mengakui kebenaran anda dan mengagumi sikap tegang anda. Sikap fanatik lebih merugikan daripada ramah terhadap orang lain. Orang lebih dianggap primitif dengan kefanatisannya daripada membela kebenarannya. Ada kepala-kepala batu yang sulit untuk diyakinkan, dan keras kepalanya tak tertolong lagi. Jika sikap keras kepala ini tidak bisa dihilangkan maka mereka akan menjadi orang bodoh selamanya.

Don't hold on to anything too firmly. Fools are stubborn, and the stubborn are fools, and the more erroneous their judgment is, the more they hold on to it. Even when you are right, it is good to make concessions : people will recognize you were right but admire your courtesy. More is lost through holding on than can be won by defeating others. One defends not truth but rudeness. There are heads of iron, difficult to convince, hopelessly obstinate. When whim meets stubbornness, they bond forever into foolishness. Be firm in will, not in judgment. There are exceptional cases, of course, when one shouldn't give in twice: once in judgment and once in execution.

(The Art of Worldly Wisdom, 2003: 225)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun