Mohon tunggu...
Iwan Kempling
Iwan Kempling Mohon Tunggu... -

swasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menuju DKI 1

2 April 2016   07:10 Diperbarui: 2 April 2016   07:41 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Adalah seorang pujangga bernama Ronggowarsito. Dalam salah satu karyanya, Serat Kalatida disebutkan akan kemunculan seorang pemimpin baru yang kedatangannya tidak terduga alias tiba-tiba. Pemimpin ini akan membawa kesejahteraan bagi tanah Jawa. Ronggowarsito menyebutrnys sebagai SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU, tokoh pemimpin yang amat religius dan digambarkan sebagai seorang resi begawan (PINANDITO) dan akan bertindak atas dasar hukum atau petunjuk dari Tuhan (SINISIHAN WAHYU). Satrio inilah yang akan membawa rakyat yang dipimpinnya mencapai kondisi GEMAH RIPAH LOH JINAWI TOTO TENTREM KERTO RAHARJO, ADIL MAKMUR. Siapakah dia? Tuhan yang mengetahui benar tidaknya tulisan Ronggowarsito itu

Saya coba kaitan dengan apa yang terjadi di DKI Jakarta saat ini, terutama berkaitan dengan ide mesianis. Sosok mesianis (ratu adil) adalah impian manusia yang tertindas, rakyat yang memikul beban penderitaan yang tak kunjung usai. Sosok mesianis adalah impian kebebasan, keadilan dan kebenaran. Sepanjang abad ide mesianis terus terngiang di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Jakarta.

Saya kira semua calon yang akan maju memperebutkan kursi DKI 1 adalah orang-orang hebat di bidangnya. Sandiaga Uno adalah pengusaha muda yang sukses; Adhyaksa Dault adalah tokoh muda yang hebat dalam menggalang komunikasi massa; RMT Roy Suryo juga tak kalah hebatnya di bidang teknologi informasi; Musisi Ahmad Dhani apalagi. Dia musisi multi talenta, produser sekaligus pencari bakat yang handal. Ahok kehebatannya tidak bisa bisa dibantah dalam mengelola tata birokrasi yang bersih, transparan dan professional. Namun sehebat apapun mereka, jika tidak diimbangi dengan pendidikan politik yang memadai dan kerja keras tiada henti, serta kesediaan mendengar suara dari bawah, hanya akan sekedar menjadi bahan pergunjingan belaka.

Tidak bermaksud memperdebatkan keunikan masing-masing, yang terpenting adalah bagaimana rakyat menikmati hasil kerja mereka nantinya, terutama di bidang ekonomi, karena bidang ekonomi, khususnya yang langsung menyangkut kesejahteraan rakyat. Rakyat yang selama ini menjadi alasan mendongkrak suara hanya menjadi jargon, yang dilupakan begitu pemilu kepala daerah usai. Tragisnya, tidak ada sangsi apapun bagi pelanggar janji! Menarik untuk dicermati bahwa sejak jaman Orde Baru sampai sekarang, isu ekonomi kerakyatan masih sekedar alat politik dan bukan tujuan politik. Karena hanya sebagai alat politik, kalau tujuan sudah tercapai, alat boleh dibuang, atau paling tidak disimpan untuk digunakan lagi lima tahun di depan. 

Berpijak dari hal tersebut di atas, siapapun yang akan mencolonkan diri menjadi DKI 1 hendaknya “bertarung” memperebutkan hati rakyat dengan kerja yang benar. Ambilah hati rakyat tidak dengan cara-cara kasar, kampungan dan jorok. Wahai para calon DKI 1 jangan bertarung secara kampungan, dengan menebar isu, fitnah dan berita-berita yang memicu konflik horizontal, sekecil apapun konflik itu. Jangan maju sebagai calon DKI 1 karena kebencian terhadap pribadi karena pribadi itu berbeda dengan Anda. Jangan jadikan kebencian sebagai pijakan untuk meraih kuasa, niscaya usaha Anda tidak diridhoi Tuhan. Serapi mungkin Anda berdalih, rakyat tidak bisa dibohongi. Sehebat apapun Anda berargumentasi, rakyat sudah cerdas untuk mencerna argumen Anda. Jadi hentikan hujatan, fitnah, berita-berita palsu dengan alasan apapun. 

Di mata saya, para calon DKI 1 yang sering mengumbar kata-kata naïf, fitnah, bodoh dan janji palsu di media, adalah mereka yang perlu dikasihani, karena sebenarnya mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka bukan penolong dan pembebas rakyat, tetapi justru merekalah yang butuh pertolongan. Karena itulah mereka perlu dikasihi, supaya tidak semakin terjerumus menjadi alat Iblis untuk merusak tatanan sosial.
Pada dasarnya mereka yang bernafsu berkusaa dengan cara-cara yang tidak elegan adalah manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Mereka masih mencari kepuasan, sampai tidak terhingga. Kalau sudah demikian, maaf, mereka tak ubahnya dengan, sekali lagi maaf, binatang!!. Saya harus sebut nama-nama mereka: Ahmad Dani hentikan hujatan dan perkataan Anda yang bernada satanis itu. Anda kurang terhormat apa sih? Anda kurang terhargai apa sih? Di mata saya Anda sudah memiliki semua yang dibutuhkan manusia, kecuali akhlak yang mulia. Prof. Yusril Ihza H bertarunglah secara jantan dan santun, jangan libatkan keluarga Anda untuk berkanjang dalam dosa Anda, jangan ciptakan dosa berjamaah dalam keluarga Anda. 

Saya bukan Ahokian. Saya hanyalah orang kampung yang hanya ingin melihat para pesohor itu bertarung, supaya saya enak dan perlu menontonnya. Saya akan terus menunggu, siapa di antara para calon DKI 1 itu yang berfungsi mesianis….let’s see.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun