Mohon tunggu...
Baarik Ly Luthfiani
Baarik Ly Luthfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Program Studi Kedokteran Gigi

"Ilmu pengetahuan tidak hanya tentang mengamati, tetapi juga tentang bertanya dan mencari jawaban." - Galileo Galilei

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Generasi Beta akan Mewarnai Tahun 2025 dan Seterusnya?

8 Januari 2025   18:20 Diperbarui: 8 Januari 2025   18:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknologi Era Generasi Beta (Sumber: eclevr.com)

Memasuki tahun 2025, awal bagi generasi baru telah datang. Generasi yang lahir mulai dari tahun 2025 hingga 2039 disebut Gen Beta. Melansir dari ABC News, istilah "Beta" diciptakan oleh seorang pakar demografi asal Australia, Mark McCrindle. Asal usul penamaan "Beta" yaitu berasal dari alfabet Yunani, melanjutkan pola yang dimulai dengan Alpha. Generasi ini menjadi generasi ketujuh dalam sejarah penamaan generasi sejak 1901.

Sebagai generasi yang lahir di era yang didominasi oleh kemajuan teknologi, Gen Beta diharapkan akan membuka lanskap digital yang jauh lebih luas di masa depan. Generasi ini akan mengalami kehidupan yang sangat berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Melihat dari era sekarang, kehidupan mereka kedepannya akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keberlanjutan, globalisasi, dan inklusivitas.

Gen Beta memiliki banyak peluang untuk berinovasi di dunia digital. Mereka memiliki potensi besar untuk membentuk tren global baru, seperti budaya digital yang lebih maju, konektivitas yang mendalam, serta kolaborasi tanpa batas. Beberapa pakar dari berbagai bidang seperti psikologi, sosiologi, dan teknologi menyebutkan bahwa Gen Beta diperkirakan akan membentuk pola pikir baru dalam bekerja di masa mendatang. Salah satu pakar ketenagakerjaan sekaligus penulis buku "The Future of Work", Jacob Morgan berbicara tentang bagaimana pekerjaan akan berkembang di masa depan, dan bagaimana generasi muda---termasuk Generasi Beta---akan membentuk cara kita bekerja. Ia memperkirakan bahwa Gen Beta akan bekerja lebih banyak dalam kolaborasi jarak jauh, berkat kecanggihan teknologi komunikasi dan AI. Mereka akan lebih memilih fleksibilitas dan kontrol atas cara mereka bekerja, serta lebih menghargai pekerjaan yang memiliki dampak positif secara sosial dan lingkungan.

Tantangan yang dihadapi Generasi Beta

Terlepas dari kemajuan di zaman yang akan datang, setiap generasi pasti mengalami tantangan pada eranya masing-masing. Berbagai kemudahan yang ada tidak menjamin kehidupan yang sepenuhnya bebas dari kesulitan. Meskipun teknologi dan fasilitas modern semakin berkembang, kehidupan tetap diwarnai oleh kompleksitas masalah yang membutuhkan solusi kreatif, kerja keras, dan ketahanan mental. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi Generasi Beta antara lain:

  • Teknologi Canggih dan Dominasi AI

Teknologi yang semakin canggih tidak hanya menjadi sebuah alat yang mempermudah kehidupan manusia, tetapi juga menjadi tantangan baru yang harus dihadapi dengan bijaksana. Terutama bagi Generasi Beta yang akan tumbuh dalam era di mana kecerdasan buatan (AI) dan robotika telah mengintegrasi hampir semua aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan hiburan. Dalam memanfaatkan teknologi, perlu adanya kesadaran akan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan. Ketergantungan terhadap teknologi dapat membuat manusia merasa terus dimudahkan sehingga tidak mengeluarkan usaha. Namun, dengan adanya kesadaran dari individu serta kolaborasi yang seimbang antara masyarakat dan pemerintah, tantangan ini dapat dihadapi dengan mengoptimalkan manfaat teknologi sembari meminimalkan dampak yang merugikan.


  • Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Inovasi yang terus meningkat memungkinkan terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang lebih luas, baik secara global maupun lokal. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, baik dari akses teknologi yang tidak merata, dampak krisis global, maupun globalisasi dan juga otomatisasi. Pada masalah ini, yang diperlukan adalah sistem yang mendukung inklusivitas melalui pendidikan yang berkualitas, teknologi yang terjangkau, dan juga kebijakan sosial yang adil.

  • Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim

Perkembangan ekonomi digital turut berperan dalam memperburuk krisis iklim. Bagaimana ini bisa terjadi?

Teknologi modern di era sekarang masih sangat tergantung pada material non terbaharukan dari bumi. Apabila terus berlanjut sampai generasi ke depan, maka akan memperburuk kondisi iklim dan lingkungan sekitar. Selain itu, penggunaan teknologi berupa kecerdasan buatan ternyata memberikan dampak pemborosan energi. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa pelatihan model kecerdasan buatan skala besar -- dengan cara menyuplai data jumlah besar ke sistem komputer dan bertanya tentang prediksi -- bisa melepaskan 284 ton CO2. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada masalah jejak karbon dalam pengembangan kecerdasan buatan.

  • Globalisasi dan Identitas Budaya

Seiring berkembangnya teknologi digital, identitas budaya akan sangat rentan ditinggalkan dan tergerus zaman. Arus globalisasi yang semakin besar dapat dengan mudah menguasai pasar global dan mengubah pola pikir serta gaya hidup masyarakat. Krisis identitas budaya pada generasi mendatang dapat memperbesar jarak antara satu generasi dengan generasi lainnya. Generasi yang baru mungkin merasa bahwa nilai-nilai budaya yang ada sudah tidak relevan dengan era mereka. Oleh karena itu, mereka perlu memilah-milah tren yang masuk dengan bijak. Selain itu, akan sangat baik apabila teknologi digital dimanfaatkan dengan cerdas untuk melestarikan budaya supaya identitas budaya tidak hilang.

Generasi Beta sebagai generasi baru yang hadir mulai tahun 2025, diharapkan juga membawa harapan baru di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Dengan pola pikir yang lebih adaptif, teknologi yang semakin maju, dan dunia yang semakin terhubung, mereka memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di berbagai aspek kehidupan. Tantangan-tantangan yang kelak akan mereka hadapi harus dihadapi dengan bijaksana.

Kunci keberhasilan Generasi Beta terletak pada kemampuan mereka untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan global, memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan tanggung jawab, serta membangun dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan dukungan dan kerjasama dari generasi-generasi sebelumnya, Gen Beta akan mampu membuka peluang untuk membawa perubahan yang tidak hanya mewarnai tahun 2025, tetapi juga membentuk  masa depan dunia yang lebih baik.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun