Mohon tunggu...
Yuni Anawati
Yuni Anawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pembelajar seumur hidup :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cercah di Bawah Cerah :)

8 April 2013   03:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13653916551009716137

Hujan. Yah... hari itu memang hujan sih. Aku ga bawa payung --- well, gak ada waktu buat ngomel juga. Itu memang keteledoranku sendiri. Brrr... dingin! Aku berdiri di emper DP mall. Karena kelaparan akut habis kuliah, aku ngacir ke tempat belanja deket kampusku itu. Ada tempat langgananku disana, yap, takoyaki okonomiyaki.  Sejak dijejelin kimbap sama temen pas Korean Day, aku mulai ketagihan beberapa masakan oriental. Iseng nyoba, kepelet langsung sama takoyaki (baso Jepang). Suka banget sama serpih ikan sama adonan lembutnya.. Dan tiba-tiba aja tertarik sama kedelai jepang -- yang katanya nyehatin itu. Haha... manusia korban iklan green product saya mah :D Yah... habis makan ya langsung pulang. Oh yeah... ternyata memang hujan. Tadi sempet sih pas mo berangkat keinget payung di tengah jalan... Ya sudahlah... Mo nekat kok ya deres... Tiba-tiba mata ini tertuju sama dua anak --yang kalo anda lihat sekilas mereka mirip anak ayam keujanan. Mata kami bertemu. Si kakak (kayaknya sih) langsung datang. "Mbak, mau dipayungin mbak?" Aku yang sedikit bingung cuma menatapnya, dasar orang pelit tanyanya langsung "Berapaan?" "Dua ribu mbak." Dan astaga... itu muka-muka bocah masih ukuran anak SD! Oh my... "Oke. Antar sampai sana yak~" Trus kita jalan gitu tuh. Aku menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Yah... kaus gak lusuh-lusuh amat sih... cuman... he got no sandals... Ini dingin lho... kakinya kerendem air ujan. "Kelas berapa?" tanyaku. "Ndak sekolah mbak." "Itu adik?" "Iya." Berhubung masi agak jauh, aku ajak ngoobrol terus. "Tinggal sama siapa?" "Nenek." "Hmmm... kerja gini tiap hari?" "Enggak mbak. Kalau hujan saja." Aku mau tanya lagi tentang kerjanya, tapi kok ya udah gak tega. Trus tanya rumah dan sebagainya. Kasian sih dia bawa payungnya. Dan jujur ya... aku ngerasa aku bukan manusia wakakak... tega banget sama anak kecil gitu suruh payung-in. Ini bukan pembelaan yah, tapi hidup emang keras. Aku biarin dia bawa payungnya karena aku udah bayar, itu artinya dia udah kerja dengan baik kan? :) Pas udah sampai. Aku bayar, dia ucapin terima kasih... Dari jauh aku melihat punggung kecilnya... lalu terngiang... "Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu..." Ah! Malu sumpah! Kenapa ada manusia sekecil itu begitu istimewa, sementara kita -- ah, aku maksudnya... slalu main-main tanpa ada rasa bersalah... Speechless for a moment ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun