Mohon tunggu...
Bochri Rachman
Bochri Rachman Mohon Tunggu... -

saya lahir 1 januari 1949 di Nusa Tenggara Barat . Sejak tahun 1970 bekerja di RRI samapai dengan 2009 sebagai broadcaster , jurnalis dan managemen RRI di Mataram, Jayapura, Madura , Bengkulu , Makassar dan terakhir di Bandung .

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ia Tewas Sebagai Kontributor

22 Agustus 2010   03:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap jurnalis pasti akan terkejut ketika mendengar tewasnya  Ridwan Salamun saat  menjalankan tugas jurnalistik di Tual Maluku Tenggara 21/8 . Sebagai seorang wartawan Ridwan Salamun tidak menyia-nyiakan peristiwa berdarah bentrokan dua kelompok warga untuk diliput . Untuk dapat merekam gambar secara ekslusif dan bagus , Ridwan Salamun melakukannya  di tengah-tengah massa yang sedang bentrok. Tetapi naas bagi sang kontributor , ia justru dikeroyok dan dianiaya  massa dari salah satu kelompok hingga tewas . Tubuh sang jurnalis menjadi bulan-bulanan Tombak , parang dan senjata tajam tanpa mampu dicegah polisi karena banyaknya massa .

Berbagai kalangan termsuk organisasi wartawan mengecam tindakan pembunuhan terhadap wartawan tersebut dan meminta Polisi mengusut tuntas kasus itu . Sebagai suatu kejahatan pembunuhan , tentu tugas polisi untuk membongkarnya .

Tetapi ada pertanyaan yang menggelitik muncul dari peristiwa tragis itu. Mengapa Ridwan Salamun begitu berani berada di tengah massa yang sedang bentrok, dalam situasi sangat berbahaya bagi keselamatan jiwanya ?. Pertanyaan ini seyogyanya dijawab oleh para Pengelola media , koordinator Liputan , koordinator daerah untuk liputan , organisasi kewartawan , perusahaan pers , dan tentunya Dewan Pers. Setelah menjawab pertanyaan itu akan muncul suatu solusi bagaimana memberikan perlindungan terhadap keselamatan wartawan didalam tugas jurnalistik .

Suatu trend yang  menguat sejak beberapa tahun terakhir , bahwa berita komplik adalah berita yang tidak ingin dilewatkan oleh stasiun televisi . Lebih-lebih berita komplik yang menimbulkan korban jiwa. Karena kepentingan pasar , maka berita hasil liputan peristiwa semacam itu harus sesegera mungkin berada di meja Redaksi untuk disiarkan pada kesempatan pertama . Jika kejadiannya di daerah seperti yang menimpa Ridwan Salamun , maka kesalahan paling besar akan ditimpakan kepada kontributor jika lewat dari liputan , walau sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa . Contoh paling baru adalah apa yang dilakukan oleh Ridwan Salamun , jiwanya dikorbankan hanya untuk mendapatkan berita komplik berdarah yang laku dijual oleh SUN TV kepada Stasiun TV Grupnya .

Nasib yang sama tidak menutup kemungkinan bisa menimpa para kontributor lainnya baik dari SUN TV maupun Stasiun TV lainnya . Belum ada standard yang jelas bagaimana mengutamakan keselamatan jiwa ketika meliput daerah komplik yang sangat berbahaya .

Didalam strategi liputan diseluruh media bahwa keselamatan jiwa adalah hal paling utama . Ini memerlukan standard yang jelas tentang keselamatan jiwa dalam liputan . Saya banyak mengenal kontributor ,  sebagian  besar dari mereka tidak mendapatkan standard tentang hal itu dari Stasiun TV  dan SUN TV dimana  mereka menjadi kontributor.

Seharusnya Redaksi ,  Biro , Koordinator Liputan dan Koordinator Daerah memahami persoalan komplik di daerah agar tidak memaksakan kontributor untuk melakukan liputan yang berbahaya bagi keselamatan jiewanya .

Terhadap kasus Ridwan Salamun , saya menduga pihak terkait  tidak memikirkan bahaya dan keselamatan jiwa kontributornya . Seandainya sejak awal ada standard dan komunikasi yang jelas antara SUN TV denga kontributornya , maka jatuhnya korban bisa dihindari  .

Untuk mencegah munculnya kasus yang sama yang bisa menimpa Jurnalis maka perlu dipahami kondisi setiap daerah liputan yang berbahaya bagi keselamatan jiwa .Kasus kekerasan bisa saja  muncul di sejumlah daerah . Salah satu daerah yang rawan bagi keselamatan wartawan adalah  wilayah Tambang Emas Ilegal Sekotong Lombok Barat .

Ketika terjadi kasus tewasnya  4 orang  pekerja tambang ilegal disana ,  pemberitaan tentang kasus ini tidak muncul di Televisi karena para kontributor di Lombok  kesulitan mengambil gambar di lokasi dengan resistensi sekelompok  masyarakat yang sangat tinggi  sehingga berbahaya untuk keselamatan jiwa  .

Terhadap kondisi seperti ini maka Stasiun TV maupun lembaga seperti SUN TV tidak perlu memaksakan kehendak agar kontributor mereka melakukan liputan dengan taruhan Nyawa . Strategi Jurnalistik mengajarkan setiap orang harus mengutamakan keselamatan jiwanya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun