Perkenalkan, namaku Alan... aku seorang guru matematika. Yahh...setidaknya begitulah orang-orang mengenalku. Sebenarnya menjadi guru sama sekali bukan cita-citaku, tapi mau bagaimana lagi...aku kepepet butuh pekerjaan, dan jadilah aku seorang guru seperti sekarang...
Jujur saja, aku bekerja untuk uang, jadi jangan tanyakan padaku soal idealisme...Buatku itu adalah hal bodoh! Hey Bung...apa bisa kau makan dengan idealisme...?! Buatku, murid hanya sekedar objek, tak lebih...Dengan alasan nilai, kubuat murid-muridku agar mau les padaku...Soal kualitas materi, sekali lagi jangan tanyakan..murid2ku saja rela kok membayarku...bukan ilmu yang mereka cari, tapi nilai!!! Jadi klop bukan, aku perlu uang, mereka perlu nilai..Benar-benar sebuah simbiosis mutualisme... Jadi punya hak apa mereka yang meributkan masalah itu?
Buatku, mereka yang berkomentar miring, itu hanyalah sebuah kecemburuan, karena mereka tidak bisa seperti aku. Kalian bayangkan saja, penghasilanku dari memberi les ini bisa melebihi gajiku yang hanya sebagai guru honorer bahkan mungkin yang PNS...Dan aku tidak sendiri, banyak rekan-rekanku yang lain juga seperti itu. Sebut saja Darja, rekanku yang guru olahraga, dua kali dalam sebulan ia mengadakan renang, di mana siswa diwajibkan mengikutinya...tentu saja dengan membayar! Tak masalah bila mereka tidak datang, yang penting mereka membayar, maka nilai aman ada di tangan...Belum cukup? Masih ada lagi rekanku yang lain, dengan alasan remedial, murid-murid diminta membayar, dan satu kali remedial terkadang tidak cukup...
Bagaimana dengan orang tua murid...? Ahhh...jangan khawatir, mereka tidak akan macam-macam. karena yang mereka khawatirkan hanyalah nilai sang anak. Wali murid seperti Siami itu sangat langka...Lihat saja apa yang terjadi pada Siami akibat kejujurannya...justru dimusuhi bukan? Jadi yang mau coba-coba pasti tidak berani... Percayalah, di negeri ini nyaris tidak ada tempat untuk si jujur...
Aku hanya tertawa dalam hati, manakala orang-orang di luar sana termasuk para pejabat-pejabatnya bicara soal pendidikan yang ideal.... Mereka itu hanya bisa bicara saja, buktinya apa yang aku & teman-temanku lakukan selama ini aman-aman saja. Tidak pernah ada teguran apalagi sanksi untuk penyimpangan-penyimpangan yang kami lakukan (walau aku melakukannya tapi hati nuraniku tahu itu salah...he..he..he.., tapi aku tidak peduli!) Bagaimana mungkin mereka peduli, karena pada kenyataannya mereka toh sibuk dengan kepentingan pribadinya...Jadi selama korupsi masih aman di negeri ini, maka guru(preman?) sepertiku akan aman-aman saja...Ha..ha..ha...
Sebenarnya ada juga rekan kerjaku yang "sok idealis", tapi buatku itu sebuah kebodohan...Apa sih yang mereka dapat dari "keidealismean" mereka? Uang? jabatan? Tentu saja tidak!!! Orang-orang seperti mereka ini justru memilik banyak musuh...dan tidak disukai... Paling-paling hanya segelintir murid yang menyukai mereka...Pokoknya buatku lebih banyak ruginya dibandingkan untungnya...
Jadi kalau ada yang mengatakan aku ini guru yang preman atau preman yang guru...ya silahkan saja...Aku tidak peduli!!!
#Kisah ini hanyalah sebuah fiksi, kesamaan nama, tempat dan kejadian hanyalah kebetulan belaka...Jadi jika ada yang merasa tersinggung, bolehkah saya bertanya: Anda bukan orang seperti itu bukan? he..he..he..#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H