Mohon tunggu...
Elia Anarianti
Elia Anarianti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang manusia biasa yang masih belajar memaknai kehidupan...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dialah Sang Perkasa: Sebuah Kado Akhir Tahun

31 Desember 2011   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_152896" align="alignright" width="300" caption="Selalu ceria apapun kondisinya"][/caption] "Mamak" begitu aku memanggilnya, wanita yang di dalam tubuhku mengalir darahnya. Buat orang yang tidak mengenalnya, ia mungkin hanya sosok wanita biasa, tapi bagi orang-orang yang pernah mengenalnya cukup dekat, ia adalah wanita luar biasa. Terlebih bagi aku, anaknya. Usianya sudah memasuki 60 tahun, rambut putihnya juga hampir menutupi seluruh kepalanya, tapi ia masih terlihat gesit. Pendidikannya hanyalah lulusan sekolah rakyat (setingkat SD), tapi sebagai ibu pengetahuannya sungguh luar biasa. Dialah guru pertamaku, ia yang mengajari kami 3 anaknya belajar membaca, menyukai buku, belajar menyanyi, hingga kami cukup tahu banyak lagu anak-anak yang bahkan temanku yang dari TK tidak tahu lagu tersebut. Ya, kami memang tidak mengenal TK, karena saat itu masuk TK hanyalah bagi orang yang berpenghasilan lebih. Maklum saja, bapak hanyalah seorang buruh bangunan. Bukan hanya itu, Mamak juga mengajarkan banyak ketrampilan, mulai dari menyampul buku, cara mencuci piring dengan benar, menanak nasi, hingga cara menyetrika. Memang sepertinya hal sepele, tapi ternyata tidak, aku sempat terheran-heran saat duduk dibangku SMP, temanku tidak bisa menyampul bukunya yang tebal. Apa?! Dulu kupikir semua orang bisa melakukannya, karena kami sudah bisa melakukannya sejak kelas satu SD. Mungkin satu yang menjadi kebanggaan buat mamak adalah, walau keluarga kami miskin, tapi keluarga kami dikenal memiliki anak-anak yang berprestasi (konon mamak dulu juara tingkat kecamatan, yang karena keterbatasan ekonomi tidak bisa melanjutkan pendidikannya). Almarhumah adik perempuanku penerima beasiswa sejak ia duduk di bangku sekolah dasar hingga tamat SMA, begitu pula adik laki-lakiku walau hanya sejak SMA. Kalau aku sih jangan ditanya, he..he..he..aku ini anak yang prestasinya paling tidak konsisten. Selain agak moody, mungkin faktor sebagai anak sulung juga mempengaruhi. Satu lagi kehebatan mamak, selain menjadikan kami anak-anaknya selalu berprestasi di sekolah, mamak juga mengajarkan kesederhanaan. Dalam kamus keluarga kami, tak ada istilah uang jajan. Ini seringkali membuat tetangga kami terheran-heran, disaat anak-anak lain seusia kami menangis minta jajan, kami diam saja melihat tukang jajanan lewat. Triknya adalah, mamak selalu rajin bangun pagi. sebisa mungkin kami selalu sarapan walau seadanya. Disaat ada kelebihan uang, mamak juga rajin membuatkan kami makanan sehat seperti bubur kacang hijau. Di saat keluarga lain makan daging atau ayam, kami cukup dengan tetelan atau ceker ayam. Yahh..paling tidak, nilai gizinya masih ada dan mampu membangkitkan selera makan anak-anaknya. Aku yang tidak suka kacang-kacangan juga tetap dibuatkan sayur kacang, walau aku hanya makan dengan kuahnya. Menurut mamak, paling tidak, sarinya tetap kudapatkan. Selain sabar, mamak juga bisa tegas, pernah suatu hari saat bapak sedang bekerja, ditengah guyuran hujan yang deras mamak melabrak tetangga kami yang dengan sengaja menyumbat saluran air kami. (he..he..he..kini aku tahu darimana sifat ini menurun, kami bukan orang yang suka mengganggu orang lain, tapi juga bukan orang yang akan diam saja jika diperlakukan semena-mena!) Menjadi orang miskin di negri ini memang benar-benar susah, bukan hanya harus menghadapi kesulitan karena kondisi ekonomi, tapi juga harus menerima permusuhan karena kemiskinan kami. Padahal kami tidak pernah meminta-minta! Kesabaran mamak sebagai seorang ibu juga banyak diuji dengan kondisi adik perempuanku yang sejak kecil selalu sakit-sakitan, mulai dari Bronchitis, terkena eksim yang parah, hingga akhirnya terkena penyakit lupus diusianya yang ke-13 hingga akhirnya dijemput oleh Sang Pemilik Sejati diusianya yang ke-20. Dengan kondisi ekonomi yang kembang-kempis, bukan hal mudah memiliki anak yang harus bolak-balik ke rumah sakit. Mamak juga seorang yang berjiwa welas asih, dengan tangan terbuka ia menerima & mengasuh sepupu kami yang saat itu berusia setahun dan terombang-ambing nasibnya karena perceraian kedua orangtuanya. Dengan penuh ketelatenan, adik sepupuku itu dirawatnya seperti anaknya sendiri. Bukan hanya itu, mamak juga tak segan merawat seorang nenek tua yang masih family jauh dan juga masih tetangga kami yang saat itu sedang terbaring sakit. Bukan sekedar merawat, tapi juga membersihkan kotorannya yang bahkan anak dan menantunya sendiri "jijik" untuk melakukannya. Selain hebat sebagai ibu, mamak juga hebat sebagai seorang istri. Istilah ada uang abang sayang, tak ada uang abang ditendang, tidak berlaku buatnya. Tidak pernah ia menunjukkan kesusahannya kepada siapapun. Ia justru berusaha membuat rumah kami selalu ceria, walau kami sedang kesusahan. Makan nasi dengan garam, atau berbuka puasa dengan bubur dan sambal kacang bahkan makan nasi aking pernah keluarga kami alami. Tapi saat itu aku dan adik-adikku tidak  terlalu merasakan kesedihan itu karena kepiawaian mamak menghibur dan menghadirkan suasana ceria.  Padahal sungguh tidak mudah menjadi seorang istri buruh bangunan seperti bapak. Seringkali bapak menganggur, karena tidak ada pekerjaan. Dalam kondisi demikian, mamak tidak berdiam diri. Ia membantu dengan berbagai cara, mulai dari berjualan pisang goreng, mie ayam, hingga menjadi pembantu rumah tangga pernah ia lakoni. Sungguh luar biasa kesetiaannya pada bapak, karena selain adikku, bapak juga sakit-sakitan. Saat usiaku 4 tahun bapak sempat tidak bisa berbicara & berjalan, juga sempat terkena stroke diusia senjanya. Dan karena ketelanenannya bapak bisa pulih, walau tidak 100%.Mamak juga tipe wanita yang sangat menghargai suaminya, ia begitu telaten meladeni bapak. Kepada kami anak-anaknya, mamak selalu mengajarkan kami untuk selalu menyambut saat beliau pulang. Kami diwajibkan mandi, berpakaian rapi dan berada di rumah menjelang bapak datang. Kami juga diajarkan untuk bercerita kepada bapak, jika beliau sudah benar-benar beristirahat. Kini diusia senjanya, ia tetap setia mendampingi bapak yang sakit-sakitan, tetap begitu perhatian terhadap kami anak dan cucunya. Walau karena usianya, kondisi fisiknya mulai menurun. Tapi itu tak mengurangi sedikitpun perhatiannya pada kami. Sungguh sosok ibu yang luar biasa, yang tahu benar bagaimana menunjukkan kasih sayang dan ketulusannya. Tulisan ini sejujurnya sama sekali tidak dapat menggambarkan kehebatan mamak yang sesungguhnya, tapi paling tidak inilah sedikit kenangan yang dapat aku ceritakan. Tulisan ini sebenarnya juga tidak lengkap tanpa menceritakan sosok bapak. Mungkin akan aku ceritakan dalam postingan selanjutnya. Semoga tulisanku yang sederhana ini dapat menjadi kado akhir tahun bagi seluruh ibu hebat di dunia. karena merekalah sang perkasa... Dan ini adalah salah satu lagu anak-anak yang diajarkan mamak yang masih kuingat hingga kini, kunyanyikan sebagai kado dari seorang anak untuk semua orangtua dan calon orangtua.. # Sejak kecil ku diasuh oleh ayah ibu... Tak pernah ia mengeluh, malah ku dijaga... Pesan dari ibu guru, kuingat selalu... Doakanlah orangtua biar masuk surga... #Reff Oh... Tuhan, oh...Tuhanku.... Dengarlah doaku..... Kasihanilah, ayah dan ibu.... Dan ampunilah dosanya.... **** #Sejuta cinta untukmu Mak, Pak, takkan pernah mampu membalas kasih sayang kalian...#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun