Mohon tunggu...
azzqya pras
azzqya pras Mohon Tunggu... Ilustrator - mahasiswa

saya suka traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampingi Sumba untuk Mendunia

30 Juni 2024   01:10 Diperbarui: 30 Juni 2024   01:15 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan lnformasi (BAKTI) merupakan Badan Layanan Umum di bawah Kementerian Komunikasi dan lnformatika bertugas membangun infrastruktur dan ekosistem TIK (Teknologi lnformasi dan Komunikasi) bagi masyarakat di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang didanai oleh kontribusi KPU/USO penyelenggara telekomunikasi.

Pada tahun 2023, BAKTI telah membangun infrastruktur telekomunikasi sebanyak 15.395 titik akses internet, dan 5.386 lokasi BTS yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Sepanjang tahun 2019 - 2022, BAKTI juga telah melakukan 50 inisiatif ekosistem digital di beberapa sektor berdasarkan Renstra Kominfo tahun 2021 - 2025 yaitu di bidang Pendidikan dan Literasi Digital, Bumdes dan UMKM, Pariwisata, serta Pemerintahan dan Kesehatan Publik.

Pemerataan infrastruktur telekomunikasi perlu diikuti dengan upaya-upaya produktif lainnya dalam rangka memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, salah satu inisiatif yang dilakukan BAKTI adalah dengan melakukan pengembangan solusi ekosistem digital yang menghubungkan ekosistem digital lokal, nasional dan internasional dengan memanfaatkan akses internet yang telah dibangun oleh BAKTI.

Dari data yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno pada kuartal ketiga atau Oktober 2022, jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang berkunjung ke Indonesia mencapai 3,92 juta wisman atau naik signifikan dibandingkan tahun 2021 yang hanya 1,56 juta wisman dengan nilai devisa

pariwisata atas kunjungan wisman pada tahun 2022 mencapai USD 4,26 milliar naik signifikan dari tahun 2021 yang hanya USD 0,49 miliar.

Na mun demikian berdasarkan historical data dari Biro Pusat Statistik dan data lndustri, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada 2022 masih jauh dari kondisi sebelum pandemi pada tahun 2019 sebesar 16.9 juta wisman dengan sebaran yang masih didominasi oleh kunjungan ke propinsi Bali (95%).

Dari data jumlah wisman tahun 2022 yang masih seperempat jumlah wisman sebelum pandemi serta sebaran yang masih didominasi kunjungan ke propinsi Bali, tidak dapat dipungkiri masih banyak potensi wisata Indonesia yang mayoritas berada di daerah 3Tyang masih belum diketahui oleh masyarakat dunia yang berpotensi untuk mendatangkan devisa dikala tingginya inflasi dunia.

Salah satu destinasi Responsible Tourism di daerah 3T yang memiliki potensi tinggi adalah Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini disebabkan karena Pulau Sumba memiliki potensi keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan seperti keanekaragaman budaya dan keindahan budaya. Pulau Sumba didukung juga dengan adanya konektivitas penerbangan langsung per hari dari Pulau Bali sehingga hal ini dapat mendukung datangnya wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara untuk dapat mengunjungi dan mengeksplorasi keindahan Pulau Sumba.

Pada saat ini BAKTI telah membangun sebanyak 125 BTS dan 368 titik Akses Internet yang tersebar di Kepulauan Sumba. Dengan adanya koneksi telekomunikasi yang semakin baik dan dapat diakses dibeberapa area di Pulau Sumba diharapkan wisatawan yang berkunjunga dapat terus berkomunikasi dengan keluarga dan teman selama mereka berlibur ke Pulau ini.

Walaupun Pulau Sumba memiliki potensi pariwisata yang tinggi baik keanekaragaman budaya dan keindahan alam, serta semakin baiknya jaringan akses telekomunikasi, namun kemampuan literasi digital masyarakat di Pulau Sumba masih terbilang rendah. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan lnformatika, skor tingkat indeks literasi digital Nasional sebesar 3,54 sedangkan skor tingkat indeks literasi digital di Pulau Sumba hanya sebesar 3,31. Hal ini mungkin disebabkan karena terbatasnya pendidikan dan pelatihan mengenai teknologi digital dan cara memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun