Mohon tunggu...
Azziz Bilaludin
Azziz Bilaludin Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi seminar

Letarasi menjadi minat utama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan 212 dan Munculnya Identitas Politik

19 Desember 2024   04:30 Diperbarui: 19 Desember 2024   04:30 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Gerakan 212 yang terjadi pada 2 desember 2016 di Jakarta, Merupakan salah satu momen penting yang sangat berpengaruh di Indonesia. Gerakan ini muncul karena adanya penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ahok, yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Aksi ini tidak hanya demontrasi belaka akan tetapi, sebagai simbol kebangkitan munculnya politik identitas di Indonesia. Tentu saja aksi ini sangat berpengaruh dan membawa perubahan sosial yang ada di Indonesia sampai saat ini. Gerakan 212 muncul sebagai respons terhadap pernyataan ahok yang menyinggung al-Qur'an pada saat itu. Aksi ini teroganisir oleh berbagai kelompok Islam, terutama Pembela Islam (FPI) dan ormas-ormas Islam lainnya. Mobilisasi massa dalam kegiatan ini menunjukan kekuatan kolektif yang muncul dari identitas agama, hal ini muncul karena mereka terasa terancam dengan adanya pernyataan yang menistakan agama mereka.

            Dampak dari gerakan 212 sangat signifikan bagi dunia perpolitikan di Indonesia. Bagaimana tidak dampak yang disebabkan dari gerakan ini menimbulkan Politik Identitas dan meimbulkan perubahan dalam dinamika masyarakat dan kebijakan pemerintah. Dampak sosial yang timbul munculnya polarisasi masyarakat yang dimana gerakan 212 menciptakan ketidak setujuan di antara kelompok-kelompok masyarakat. Sementara sebagian orang melihat aksi tersebut sebagai bentuk perjuangan keadilan dan nilai-nilai agama, akan tetapi orang lain melihat aksi tersebut sebagai bentuk radikalisme dan intoleransi. Hal ini meperkuat identitas umat Islam yang ada di Indonesia, akan tetapi di pandang juga sebagai juga sebagai penyebab perpecahan di antara kelompok-kelompok yang memiliki pandangan berbeda. Aksi ini tidak hanya menyebabkan dampak sosial saja akan tetapi ada juga dampak politik yang dihasilkan dari aksi ini. Dampak politik yang muncul, banyak peserta yang terlibat dalam aksi ini kemudian terlibat dalam politik praktis, yang ada di pemilihan umum. Adanya aliansi yang mucul setelah aksi ini, seperti Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), berperan aktif dalam menentukan pilihan politik dan hanya mendukung kandidat tertentu dalam pemilihan. Selain itu munculnya partai-partai politik berbasis Islam dan konservatif setelah gerakan 212 menunjukan perubahan arah politik yang ada di Indonesia, dengan semakin kuatnya suara Islam dalam arena politik di Indonesia.

            Dari dampak-dampak yang telah di sebabkan oleh gerakan 212, dampak yang paling signifikan yang disebabkan gerakan ini adalah munculnya politik identitas. Politik identitas ini muncul pertama kali pada Pilkada Jakarta 2017 yang dimana bakal calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhadapan dengan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Dari hasil pilkada itu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., Burhanuddin Muhtadi, dan Dr. Ma'mun Murod, M.Si., menunjukan bahwa keberhasilan Anies dan Sandiaga sangat di pengaruhi oleh mobilisasi politik indetitas yang dilakukan oleh gerakan 212. Identitas agama digunakan secara strategis untuk mempengaruhi dan menarik dukungan dari pemilih Muslim, dari sini terlihat bahwa bagaimana politik indentitas dampat mempengaruhi hasil pemilihan. Akan tetapi politik identitas pada saat itu tidak benar-benar mendominasi Pilkada pada saat itu, karena perolehan suara yang didapat Anies dan Ahok tidak jauh berbeda.

            Setelah berlangsungnya momen pilkada DKI Jakarta kemudian Ahok mengeluarkan pernyataan lagi yang sangat berpengaruh terhadap politik yang ada di Indonesia. Ahok mengatakan bahwa isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) berperan besar dalam kampanye dan pengaruhnya terhadap pemilih, dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa berbagai masyarakat melihat dengan sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi pandangan yang mengatakan bahwa adanya politik identitas lebih mendominasi. Dari kejadian Pilkada DKI Jakarta politik identitas semakin kuat dan mendominasi di dunia per politikan Indonesia, yang dimana politik indentitas digunakan sebagai senjata utama untuk memenangkan pemilihan. Bisa dilihat pada saat ini yang dimana Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Blitar, Rijanto-Beky, mengklaim kemenangan dalam Pilkada 2024 dengan hasil quick count yang menunjukkan mereka meraih 78,56% suara. Klaim ini diumumkan dalam konferensi pers pada 27 November 2024, Setelah hasil quick count, Rijanto dan Beky langsung melakukan sowan ke Gus Iqdam, yang diakui oleh Beky sebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan mereka. Dari sini terlihat jelas bahwa politik identitas pada saat ini semakin kuat dan semakin mendominasi dari awal munculnya pada saat pilkada Jakarta 2017.

            Dari fenomena-fenomena yang terjadi terlihat jelas bahwa awal munculnya Gerakan 212 yang dimana penyebab awal timbulnya politik identitas sangat signifikan dan berpengaruh dan berdampak terhadap perubahan sosial yang ada di Indonesia. Aksi ini menyebabkan berbagai fenomena sosial yang dimana dampak positif dari fenomena ini adalah munculnya solidaritas yang kuat di kalangan Identitas dan memberikan ruang kepada kelompok minoritas. Akan tetapi ada pula dampak negatif dari fenomena ini yang dimana agama berpengaruh besar terhadap perkembangan politik dan negara, agama memegang kendali penuh di dalam dunia perpolitikan yang ada di Indonesia, dari situ timbul pernyataan sifat intoleransi apakah dari fenomena tersebut benar-benar mendiskriminasi agama lain atau masih ada ruang untuk etnis agama untuk berkembang. Politik Identitas adalah isu politik yang kemungkinan tidak akan selesai begitu saja melainkan akan lebih berkembang jika tidak ada penanganan yang lebih lanjut.

 

Daftar Pustaka

Islam dan Politik Identitas: Konflik pada Gerakan 212 dalam Perspektif Sejarah Indonesia. (2022). Diakses dari Semantic Scholar. Link

Maulana, Hanif. (2020). Gerakan Islam Populis di Indonesia: Studi Kasus Gerakan 212. Universitas Gadjah Mada. PDF

Mayerni, Reni. (2020). Politik Identitas dan Tantangan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Lemhannas RI.

Muhtadi, Burhanuddin. (2018). "Politik Identitas dalam Pemilu: Studi Kasus Pilkada DKI Jakarta 2017." Jurnal Ilmu Politik, 15(2), 123-145.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun