Mohon tunggu...
Azzikra Havilah
Azzikra Havilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dilema Moralitas dalam Anime Death Note

8 Januari 2024   23:58 Diperbarui: 9 Januari 2024   00:19 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dilema Moralitas dalam Anime Death Note

oleh: Azzikra Rajwa H

Death Note adalah manga legendaris karya Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata yang diangkat menjadi anime fenomenal. Mengisahkan Light Yagami, siswa SMA jenius yang menemukan buku catatan kematian (death note) milik Ryuk, dewa kematian. Dengan death note, Light bisa membunuh orang hanya dengan menuliskan nama korban dan membayangkan wajahnya. Berbekal itu, Light berniat membersihkan dunia dari kejahatan dengan menghukum kriminal sebagai figur "Kira". Tindakannya menuai perhatian L, detektif eksentrik dunia, yang bertekad menangkap Kira. Perseteruan keduanya memancing dilema moral di sekitar konsep keadilan dan kejahatan.

Salah satu poin menarik dalam Death Note adalah transformasi moral Light. Dia yang awalnya digambarkan sebagai pemuda cerdas dan bermoral, berubah menjadi kejam dan obsesif setelah mendapat death note. Light semakin sewenang-wenang, bahkan menghakimi orang yang dianggapnya jahat meski tak terbukti secara hukum. Ia pun rela memanipulasi dan mengorbankan orang lain demi tujuannya. Perubahan Light menyiratkan statement bahwa kekuasaan mutlak cenderung merusak moralitas manusia, semulia apapun tujuan awalnya.

Death Note juga menampilkan relativitas moral yang menarik lewat konflik antara Light dengan L. Keduanya sama-sama yakin bahwa cara mereka adalah kebenaran mutlak. Bagi Light, membunuh kriminal adalah bentuk keadilan. Sementara bagi L, tindakan Light adalah kejahatan. Tak ada pihak yang benar-benar hitam atau putih di sini. Ini merepresentasikan keabuan moral dalam kehidupan nyata di luar sistem hukum yang hitam-putih.

Selain itu, sosok Ryuk mewakili absurditas konsep manusia tentang moralitas. Dewa kematian seperti Ryuk tak terikat norma benar-salah. Tujuannya netral, hanya mencari hiburan tanpa peduli akibatnya bagi manusia. Sikap Ryuk ini mengingatkan keterbatasan manusia dalam memahami moralitas kehidupan.

 Death Note sukses menggambarkan transformasi dan dilema moral lewat kisah Light dan L. Pesan soal bahaya obsesi dan relativitas kebenaran begitu kental. Lewat anime ini, kita diajak merefleksikan kembali pemahaman tentang moral, keadilan, dan kejahatan. Tak heran jika Death Note masuk jajaran anime terbaik dan paling berpengaruh sepanjang masa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun