Malam ini, setengah selesai aku membaca majalah dwi mingguan tentang dunia islam, besok saatnya pulang ke daratan untuk berkumpul dengan keluarga, khususnya putri kecilku.
Namun entah mengapa, banyak hal yang ingin aku diskusikan dari buku ini, pikiranku terlayang ke almarhum ayah.
berpuluh taun, mataku dibuka dengan rajinnya ayah membeli majalah mingguan yang pernah di-bredel. Tiap kali beliau pulang membawa majalah tersebut, selalu lah kami 5 bersaudara antri untuk mendapat giliran membacanya. Tak tau apalah alasannya ayah berlangganan majalah ini, tetapi mungkin karena beliau sedikit berkutat di politik, punya histori sebagai wartawan juga aktif di kemasyarakatan.
Tapi, kehobian ayahku dan majalah ini telah membuatku kritis terhadap wacana hangat yang berkembang di masyarakat, bukan cuma politik tapi juga ekonomi. Sungguh aku menikmati perjalanan keingintauanku.
Tahun berlalu, saat aku memiliki penghasilan sendiri, tak jarang aku berusaha membelikan majalah itu sebelum ayah keburu membelinya, aku hanya ingin menghadiahkan sesuatu yang disukanya. Lagipula ayah mulai pensiun ketika itu, dan akupun sering membeli buku ataupun majalah yang sesuai dengan kesukaan ayahku seperti tentang keislaman, sejarah dan sebagainya.
Malam ini aku merasa majalah itu telah menjadi saluran kami bertukar ide, sedari kecil, seakan ayah ingin berdialog.
Sebuah pelajaran bagiku dalam membesarkan anakku, bahwasanya bacaan adalah hal yang luar biasa bagi perkembangan mereka nantinya.
malam ini, aku rindu sekali berdiskusi dan sedikit berdebat mengadu kesoktauan ku dan ke-arifan ayah.
ya Allah, damaikanlah almarhum di surgaMu..
Jadikan aku, putranya menemaninya di surgaMu bersama keluarga besar kami..
pabelokan di malam rabu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H