Mohon tunggu...
Azzatunnabila
Azzatunnabila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2019, Universitas Negeri Jakarta

Diri Sendiri yang membuatnya sulit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review "The New Rulers of The World" Karya John Pilger dan Analisis Georg Simmel: The Philosphy of Money

12 Desember 2020   19:56 Diperbarui: 12 Desember 2020   19:57 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film dokumenter karya John Pilger membahas tentang globalisasi yang berdampak pada sistem ekonomi, sosial, dan politik. Globalisasi adalah proses peleburan suatu hal sehingga batas negara menjadi hilang, hal ini ditandai dengan adanya perdagangan bebas dan investasi modal. Penggambaran awal film ini dimulai ketika para kalangan atas menjalakan aktivitasnya diantara gedung-gedung tinggi dan kalangan bawah yang menjalankan kehidupannya di lingkungan tidak layak. Pakaian yang mereka kenakan dibuat di negara-negara miskin dengan upah buruh yang rendah, seperti indonesia. Indonesia yang dikenal dengan kelimpahan sumber daya alam dan sumber daya manusianya, tetapi belum mampu untuk menyejahterakan rakyatnya.

John Pilger membuktikan hal ini dengan merekam keadaan pabrik milik kontraktor taiwan dan korea dengan sembunyi-bunyi, dimana mereka mengerjakan para buruh dengan bayaran murah untuk memproduksi merek terkenal, seperti GAP, NIKE, ataupun OLD NAVY. Para buruh bekerja pada perusahaan selama 24 jam dengan hanya dua kali istirahat, tetapi upah mereka untuk membuat berbagai merek terkenal hanya dibayar Rp9.000/hari dimana upah tersebut yang diakui pemerintah setengah lebih tinggi daripada standar hidup di Indonesia. Para buruh juga dituntut untuk menghasilkan 3000 celana GAP perhari yang bahkan ketika satu pakaian itu dijual mereka hanya mendapatkan 0,5% dari harga jualnya. Padahal para gaji dari bos-bos besar itu mencapai jutaan dolar dan keuntungan perusahaanya mencapai puluhan milyar dolar.

Kode etik dan peraturan perusahaan yang seharusnya terpasang di setiap sudut perusahaan membuat para buruh tidak mengetahui bahwa perusahan asing itu sudah melanggar hak asasi manusia mereka. Para buruh takut untuk melawan karena bisa saja mereka mendapatkan kekejaman dari kontraktor asing dan penyerangan dari para anti serikat buruh, seperti yang dialami oleh Dita Sari seorang pemimpin organisasi buruh, dimana ia pernah dipenjara dan disiksa ketika memperjuangkan hak para buruh. Menurut Dita Sari, kode etik perusahan tidak bisa diawasi jika peran organisasi buruh saja masih lemah akibat institusi yang menghambat kerja organisasi buruh tersebut.

Globalisasi di Asia ternyata memiliki sisi gelap dimana terjadi pembunuhan massal satu juta manusia di Indonesia pada masa Soeharto yang menerima sokongan dana gelap dari Amerika, Inggris, dan pebisinis barat untuk membuat pabrik, bank, dan hotel yang beroperasi di Indonesia pada pertengahan 1960-an. Hal ini pun diakui cia sebagai pembantaian paling kejam pada abad 20. Duta besar Inggris di Indonesia saat itu mengatakan sebuah kalimat "Tembakan kecil demi perubahan yang baik" bahkan media Amerika menyiarkan peristiwa tragis ini sebagai salah satu upaya Indonesia menjadi lebih baik lagi, bukan sebagai suatu peristiwa kriminal. Setahun setelah pembantaian itu terjadi perekonomian Indonesia dibentuk menurut model Amerika, sehingga memudahkan mereka untuk mengoperasikan bisnisnya di Indonesia dengan pasar dan buruh murah. Masuknya bank dunia dan dana moneter internasional yang dikatakan dapat membawa kemakmuran pada Indonesia ternyata salah besar karena setiap bayi yang baru lahir sudah menanggung hutang negara. Hal ini dibuktikan dari dokumen internal bank dunia yang membenarkan bahwa sepertiga dari pinjaman pada rezim Soeharto masuk ke rekening kroni dan pejabat korupsi dengan total Rp80 T.

Pada 1998 ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar jatuh dari rp2.500 ke rp10.000 nilai nike untuk setiap buruh Indonesia juga terpotong sampai 25% dari harga yang ditentukan, sehingga perusahaan mendapatkan potongan untuk gaji buruh karena gaji mereka tidak mengalami kenaikkan sesuai standar sebelum devaluasi terjadi pada rupiah. Soeharto pun dipaksa mundur dari jabatanya padahal ia sudah berhasil mencuri uang Rp150 M. Globalisasi terbukti menghasilkan hutang, kesengsaraan, dan krisis yang mengakibatkan masyarakat harus membayar mahal untuk kesehatan dan pendidikan. Bahkan dana moneter internasional telah menambahkan syarat peminjaman, yaitu pemotongan subsidi minyak, bahan makan, dan listrik yang tidak diseimbangkan dengan menaikkan upah minimum masyarakat. Hal ini juga akan berdampak pada memburuknya gizi pada anak-anak yang harus menanggung hutang negara.

Berdasarkan review film dokumenter diatas penulis menggunakan teori sosiologi Georg Simmel, yaitu The Philosophy of Money. Simmel melihat uang sebagai fenomena spesifik yang berkaitan dengan aspek kehidupan lainnya, seperti pertukaran, kepemilikan, keserakahan, pemborosan, sinisme, dan kebebasan individu. Tetapi Simmel juga melihat uang sebagai komponen kehidupan spesifik yang dapat membantu individu untuk memahami totalitas hidup. Karl Marx memperhatikan kapitaslisme dan masalah yang ditimbulkan oleh ekonomi uang yang mengakibatkan kapitalisme, tetapi menurut Simmel hal ini sebagai tragedi universal, yaitu meningkatkan ketidakberdayaan individu ketika terjadi pertumbuhan kebudayaan objektif. Menurut Marx masalah ini dapat diselesaikan karena terikat dengan waktu, tetapi Simmel melihat ini sebagai jalan buntu karena masalah ini akan melekat pada individu dan tidak ada harapan untuk memperbaikinya di kemudian hari.

Ketika Soeharto meminjam dana dari bank dunia dan dana moneter internasional, hal ini membuat Indonesia berada dalam lingkaran setan kemiskinan, sehingga membuat indonesia sulit untuk maju walaupun hutang tersebut dihapus. Masyarakat yang menjadi korban atas kekejaman rezim ini membuat mereka harus bekerja sebagai buruh yang mendapatkan upah sangat kecil dengan jam kerja yang panjang bahkan mereka harus membayar mahal untuk  biaya kesehatan, pendidikan, listrik, dan lainnya  karena ketika bank dunia dan dana moneter internasional bersedia untuk meminjamkan dana ke Indonesia, itu menandakan bahwa negara tersebut bersedia untuk dimasuki sistem ekonominya. Jadi, ketika mereka mencoba untuk memperjuangkan hak mereka, mereka malah mendapatkan kekejaman dan siksaan oleh perusahaan tempat mereka bekerja dan anti serikat buruh oleh karena itu negara tidak berbuat banyak karena mereka harus tunduk terhadap persyaratan awal. Namun, pinjaman yang diberikan oleh bank dunia itu malah masuk ke ke rekening kroni dan pejabat yang korupsi. Walaupun, masyarakat yang memikul hutang menuntut bank dunia ke hukum internasional, pihak bank dunia mengatakan tidak bisa karena mereka akan mengalami kebangkrutan, bahkan situasi tersebut terjadi hampir di seluruh negara.

Menurut Simmel, individu menciptakan nilai dengan menciptakan objek, memisahkan dirinya dengan objek-objek tersebut dan kemudian berusaha utuk mengatasi jarak, kendala, dan kesulitan untuk menggapai objek tersebut menjadikannya berharga, sehingga uang memiliki fungsi unik yaitu menciptakan jarak antara individu dengan objek, kemudian mencari cara untuk mengatasi jarak. para buruh yang rela bekerja lembur demi upah yang tidak seberapa karena mereka harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, walaupun kode etik itu tidak mereka dapatkan dengan benar sehingga mereka tidak menolak ketika harus bekerja lembur. 

Ketika individu menciptakan nilai, uang juga akan menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi modern, dan masyarakat kapitalis. Ekonomi uang juga berperan dalam perubahan norma dan nilai pada masyarakat yang mendorong terjadinya reorientasi fundamental kebudayaan ke arah intelektualitas karena uang menjadi salah satu penyebab kecerdasan yang menjadi bagian dari energi mental yang berharga. Pejabat yang melihat ada celah untuk memperkaya diri dari investasi asing di Indonesia mengubah mereka menjadi serakah dengan melakukan korupsi, perbuatan ini menghasilkan gedung-gedung di Indonesia yang tidak terselesaikan tetapi bank dunia menyebut hal ini sebagai keajaiban ekonomi.

Ekonomi uang menimbulkan dampak negatif, yaitu pertama meningkatnya sinisme, dimana sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah kehidupan sosial diperjualbelikan menjadi alat tukar umum (uang). Kedua, meningkatnya perbudakan individu, dimana individu modern berdiri sendiri, yaitu para pengusaha mengabaikan kode etik buruh dan peraturan perusahaan, sehingga para buruh dipaksa untuk bekerja selama 24 jam penuh untuk memenuhi permintaan ekspor, bahkan mereka tidak mengetahui bahwa perusahaan tersebut sudah melanggar hak asasi mereka. Ketiga, reduksi nilai manusia menjadi dollar, yaitu ketika nilai manusia direduksi menjadi ekspresi moneter dimana Simmel menggambarkan kasus ini ketika pembunuhan diampuni dengan membayar sejumlah uang. Penjelasan ini sejalan dengan yang terjadi saat rezim Soeharto berkuasa dimana pembantaian massal satu juta orang dilakukan dengan sokongan dana gelap dari Amerika, Inggris, dan pebisinis barat untuk membuat pabrik, bank, dan hotel. Namun, peristiwa mengerikan ini malah diberitakan oleh banyak media luar negeri sebagai suatu usaha untuk membentuk Indonesia lebih baik lagi bukan sebagai bentuk kriminalitas besar. Globalisasi yang diagung-agungkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan dan mencipatakan kekayaan secara merata, malah terjadi sebaliknya yaitu ketika orang yang kaya menjadi semakin kaya dan orang yang miskin menjadi miskin.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun