Mohon tunggu...
Annisa Pratiwi
Annisa Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi STIBA Ar Raayah

وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا🪄 . Battling with bipolar. Smile and hang in there ;)

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ada Apa dengan Tulisan?

30 November 2020   14:55 Diperbarui: 30 November 2020   15:19 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh: Annisa Pratiwi*

            Setiap manusia pasti memiliki hobi atau aktivitas tertentu yang biasa dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan. Entah itu hobi yang bernilai pendidikan atau mungkin hanya sekadar hiburan. Yang jelas, agar bisa melakukan setiap kegiatan yang ada tanpa beban, tentunya mesti dimulai dan dilandasi dengan rasa cinta. Mengapa demikian? Ya, karena jika tidak dilandasi dengan cinta akan sulit rasanya untuk mulai mencoba.

            Begitulah prinsipku. Cinta. Ya, cinta. Apa-apa harus kumulai dengan cinta. Jika tidak dengan cinta, malas sekali untuk memulainya. Contoh kecil saja, aku senang menulis, hanya menggoreskan apa saja yang terlintas dibenakku. Namun, jika tak kutuliskan aku akan mudah lupa dengan apa yang sedang kupikirkan. Kurang bermanfaat rasanya jika aku hanya menuliskan sebuah curhatan, tanpa ada ilmu yang bisa kubagikan.

            Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik, dan penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. Seorang pendengar yang baik tentu tak cukup dengan hanya menyimak apa yang telah ia dapatkan, namun pastinya ia akan membagikannya dengan menyampaikan kepada orang lain ilmu apa saja yang telah didapat, dengan cara berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pun dengan seorang penulis, yang mana kunci dari menulis adalah banyak membaca. Namun, bukan berarti hanya membaca tanpa mengamalkan apa yang telah ia baca. Penulis terbaik akan menyimpulkan apa yang ia pahami dan menuliskannya kembali.

            Entah dari mana mulanya aku suka menulis. Mungkin hanya iseng-iseng saja saat Ibuku membelikan aku diary kecil agar aku bisa menulis apa saja di dalamnya. Dimulai saat aku masih duduk di bangku SD. Senang rasanya untuk aku menuliskan semua yang telah kulalui. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Menghabiskan banyak waktu memang, untuk apa aku tulis? Toh, semuanya sudah terjadi dan aku sendiri yang mengalaminya. Apakah aku ingin orang lain membacanya? Mengetahui segala aktivitas yang telah aku lakukan? Padahal, yang namanya buku diary itu kan privasi, tak boleh ada yang membacanya. Ada seseorang yang menyentuhnya pun aku geram dan ketakutan.

            Ada apa dengan tulisan? Mengapa aku suka menulis? Padahal tidak memiliki bakat apa-apa. Apakah karena aku pendiam, maka menjadi lebih mudah jika menyampaikan sesuatu melalui tulisan? Sementara aku sempat diminta untuk mengisi acara sebagai moderator dalam salah satu channel YouTube. Apa mungkin menyampaikan pesannya melalui tulisan?

            Saat memasuki semester tiga kuliah aku mulai mengikuti ekskul jurnalistik. Tak hanya kemampuan baca tulis saja yang diasah, namun juga kemampuan berbicara di depan khalayak ramai. Tapi, aku tetap menulis.

            Bagiku menulis adalah cara untuk mengekspresikan diri, mengeluarkan apa yang ada di pikiran dan juga melatih otak. Untuk apa aku menulis? Tentunya untuk berdakwah menyampaikan kebaikan dan untuk peradaban, merubah dunia. Untuk siapa menulis? Untuk kepentingan umat.

            Saat kulihat Ibuku, kutatap kedua matanya, sering sekali ia bercerita bahwa dirinya senang mengikuti berbagai macam perlombaan cerpen dan puisi. Aku bertanya pada diri, apakah aku bisa menjadi orang hebat seperti Ibuku? Tapi darimana aku memulai? Ibuku berkata, "Tulislah apa saja yang sedang kamu rasakan." Dari diary yang pernah Ibu belikan kutulis semuanya. Berbagi pengalaman dan mengulang kenangan. Namun, perlu diketahui bahwa bekal menulis itu adalah membaca. Dari situ pula Ayahku membelikanku beberapa buku agar aku membacanya dan memperbanyak perbendaharaan kata. Sejak saat itulah aku bertekad untuk menjadi penulis hebat di masa depan.

            Sering sekali aku bertanya, "Apa bisa aku menjadi penulis?" Ya, tentu bisa kataku. Aku merasa beruntung saat memasuki semester empat kuliah dengan dibukanya program studi baru di kampusku, yaitu KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam). Di prodi inilah aku memulai perjuanganku, memberiku wadah untuk bisa memulai karyaku. Namun, jalan lurus tak selamanya mulus. Saat mencoba menulis sebuah artikel ternyata salah referensi dan salah informasi.

            Wah, dari situ aku mengira sepertinya aku salah masuk jurusan dan tidak mau menulis lagi. Alhamdulillah, dosen pembibingku selalu setia menemani dan tak pernah bosan untuk menasehati. Malam harinya saat aku hendak terjaga dari tidurku untuk menyelesaikan artikel yang baru, beliau pun mengirimkan pesan singkat yang sangat manis dan membuat semangatku kembali bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun