Mohon tunggu...
Azza Rizki Tajriyani
Azza Rizki Tajriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Prof.K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Hello gais🖐🏻 Welcome My Journey!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Barit dan Istighosah Sambut 10 Muharram di Desa Gunungagung

23 Juli 2024   16:05 Diperbarui: 23 Juli 2024   16:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Tegal (15/07/2024),  Desa Gunungagung menggelar berbagai kegiatan dalam rangka memperingati 10 Muharram, salah satu hari penting dalam kalender Islam. Kegiatan ini dimulai dengan Barit atau pawai obor yang menjadi tradisi di Gunungagung dan melibatkan seluruh warga desa pada malam 15 Juli 2024.

Sebagian besar warga, dari anak-anak hingga orang dewasa, ikut serta dalam Tradisi Barit atau pawai obor yang dimulai dari balai desa dan berakhir di lapangan utama. Pawai ini berjalan dengan meriah, diiringi dengan lantunan sholawat dan doa bersama. Obor-obor yang dibawa oleh peserta menyala terang, menambah khidmat suasana malam itu.

Setelah pelaksanaan Barit atau pawai obor, kegiatan dilanjutkan dengan istighosah dan ruwat bumi di lapangan utama desa. Istighosah dipimpin oleh para ulama setempat yang mengajak warga untuk berdoa bersama memohon keselamatan, keberkahan, dan kelancaran dalam menjalani kehidupan. Ruwat bumi dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas segala karunia dan rezeki yang diberikan kepada warga Desa Gunungagung.

Kepala Desa Gunungagung, Bapak H. Junaedi, S.Pd, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga serta menjaga tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur. "Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, warga Desa Gunungagung dapat terus menjaga kekompakan dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Rangkaian acara berlangsung dengan lancar dan penuh kekhidmatan. Lalu di tutup dengan Potong Tumpeng sebagai simbol Keberkahan. Warga desa merasa bersyukur dapat turut serta dalam kegiatan ini dan berharap tradisi ini akan terus dilestarikan di masa mendatang.

Oleh : Masya Sri Asih ( Tim KKN Kolaborasi kelompok 100 UIN SAIZU Purwokerto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun