Saat ini banyak terjadi kegamangan dan kekhawatiran dengan kondisi media massa. Di tengah gempulan informasi yang begitu bebas dan luas saat ini. Dimana setiap orang bisa menjadi pembawa informasi dan mendapat informasi dari manapun. Bahkan informasi bohong sekalipun, yang disebut hoax.
Profesi jurnalis, wartawan, reporter apalah sebutannya. Terasa seamakin terhimpit. Sekalipun siapapun itu orangnya sekarang, seolah-olah bisa menjalankan pekerjaan itu. Disatu sisi, akses orang terhadap media massa juga semakin terasa berkurang, penjual koran di jalan mulai kesulitan. Penonoton televisi lebih suka drama dibandingkan dengan berita. Pendengar radio? Itu-itu saja.
Orang sekarang lebih suka mengakses informasi melalui gadgetnya. Situs berita, masih bisa bertahan. Tapi rasa-rasanya media sosial kini lebih mendominasi menjadi sumber informasi. Akun gosip di instagram, geoup facebook, lebih sering menjadi rujukan informasi.
Disisi lain, media massa dikuasai pemilik modal. Menjadi arena kampanye politik. Informasi saling menyudutkan pihak yang bersebrangan. Membuat orang semakin malas mengakses.
Sampai kapan media massa tempat saya memenuhi priuk nasi akan bertahan? Akan sepeerti apa akses media mendatang? Bagaimana nasib pekerja media macam saya? Semua pertanyaan itu menghantui perasaan pikiran saya belakangn ini. Tidak ada media yang benar-bnar memegang prinsip netralisasi. Tapi hanya berbekal independensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H