Kota Serang yang Madani "Ternodai"
Oleh : Azzam M.D
Kota serang punya segalanya, seni, budaya, dan pariwisata. begitupun tak luput dari kemajuan dan ketertinggalannya. Disitu modernisasi dan keterbelakangannya bercampur aduk dalam satu tempat. Setelah 10 tahun genap sudah menjadi ibukota di provinsi banten. Tapi kota serang belum bisa memperkecil kesenjangan diantara keduanya.
Dilihat dari segi geografis, kota serang sejatinya merupakan kota yang agraris. ditinjau dari wilayah walantaka, taktakan, curug, dan kasemen. yang dikelilingi oleh persawahan luas. mungkin bisa dikatakan "wajar" kalau kota serang seolah-olah terpaksa dituntut menjadi layaknya sebuah kota.Â
Akan tetapi menurut data dari BPS Provinsi Banten, kota Serang adalah kota yang paling tidak nyaman untuk dihuni, biaya hidup pun paling tertinggi, kemiskinan menduduki posisi kedua tertinggi, angka kematian tertinggi mencapai 350, dan indeks korupsi kota Serang sudah mencapai angka 0,4. bagaimana tidak. banjir dimana-mana, macet disana-sini, tengkulak kesana-kemari, sampah bergunung-gunung, dan kontribusi demokrasi dinasti selalu menjadi regenerasi puncak tertinggi.
Belum lagi isu kebijakan kota Serang yang kurang strategis tertuang dalam RPJMD kota Serang, diantaranya (Pendidikan, kesehatan, tataruang kota, kesejahteraan masyarakat dan transportasi) masih masih jauh dari harapan. Tingkat pengangguran terbuka kota serang tahun 2016 yaitu 10,8% atau sekitar 28 ribu, dari angkatan kerja kota serang sebanyak 263 ribu orang. melebihi kabupaten lebak 9.1% dan pandeglang 9.3% menyumbang 10% pengangguran banten yakni 10,13% tertinggi se-Indonesia (BPS Banten)
Ditambah dengan besarnya APBD kota Serang berjumlah 16,7 triliun yang tidak sesuai dengan outputnya. Contohnya pingggiran kota tidak ada dampak yang signifikan. pengesahan pembangunan lima mall besar yang ada di pusat kota, sedangkan pasar tradisional Rau dan pasar-pasar tradisional yang lainnya bagaikan tidak tersentuh dan seolah berjalan oleh sendirinya.
Berjumlah 6 ribu jiwa lebih. Meliputi 6 kecamatan. masyarakat kota yang melintasi jalan tol Jakarta-merak ini menjadikan kota yang cukup padat. Mendekati kategori penduduk kosmopolitan. Bahkan megapolitan. jaraknya memang tak jauh dari daerah khusus ibukota Jakarta. Setidaknya sesama ibukota, kota serang seharusnya dapat berkaca darinya.
Itupun jikalau Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota akan ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Karena, ditilik dari segi fisik maupun ekonomi akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan ruang dan prasarana pergerakan penduduknya. Kebutuhan ruang dan prasarana sangatlah mempengaruhi segala aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pemanfaatan Ruang, yang berfungsi sebagai wadah meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Sementara, lagi-lagi kota serang masih belum bisa meminimalisir itu semua. Katakan saja fasilitas umum yang dimiliki kota serang saat ini. seperti alun-alun serang timur. Masih kurang berefek ke masyarakat luas. dan tertinggal jauh dibanding dengan kota pandeglang yang sudah memberikan layanan internet gratis. Walaupun kota serang sudah terdapat ruang wifi-id corner. Akan tetapi itupun masih berbasis prabayar. Â Â
Maka dari itu, di musim pilkada tahun 2018. Sebagai insan yang berakal dan berjiwa sosial. Kita seharusnya dapat memilih pemimpin secara bijak yang layak dijadikan orang nomer 1 di kota serang ini. dapat memberi lebih sarana dan prasarana yang efektif dan efesien bagi banyak orang. menjaga amanah rakyat, bersikap adil, dan tahu akan balas budi. Bukan malah banyak janji-janji bak basa-basi.Â