Adinda bukan hanya sekadar nama jika dilafalkan dalam doa.
Di dalam ruangan yang suntuk Adinda tidak berada di kolong meja, tidak berada di atas bangku.
Adinda selalu memandang dan bersuara di dalam ruangan yang mulai kumat akan komat-kamit.
Di siang yang tidak memilih cuaca terik Adinda mulai merayu dengan dalil Universitas yang ia emban sejak lahir dalam UKT.
Adinda bereaksi jika ditatap, ia selalu tersipu dengan matanya yang mulai layu. Ia menimbun doa dalam genggamannya, agar lekas terlepas pada jam makan siang.
Adinda mulai gelisah, karena ia mulai sering ditatap. Ia mencoba kembali pada dirinya yang lugu namun lembayung.
Adinda bukan anak skena, tapi senyumnya mengandung senja.
Adinda cepat balas pesanku. Matamu membinar. Petanda kamu ingin kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H