Melihat kondisi yang ada, rasanya masyarakat Indonesia masih terlalu tabu dan naif dengan hal-hal yang berbau seksual, padahal tidak semua hal tentang seksual adalah buruk. Pengetahuan seksual seharusnya menjadi sangat penting agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan ke depannya, khususnya bagi remaja. Stigma buruk  terhadap perilaku seks yang beredar sangat mempengaruhi cara berpikir remaja kebanyakan.
Sex Education adalah sebuah pendidikan mengenai seksualitas untuk dapat memahami norma dan etika yang berlaku, serta mengetahui konsekuensinya. Oleh karenanya harus disampaikan dengan benar pun jelas agar tak terjadi pelanggaran dikemudian. Pendidikan seks sebenarnya menjadi hal yang krusial karena ia akan mengendalikan insting manusia dalam berperilaku seks.
Fakta pun berbicara, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kemenkes dan Komisi Perlindungan Anak dan Ibu (KPAI) pada tahun 2013, sebanyak 63% remaja Indonesia telah melakukan hubungan seksual baik dengan kekasihnya maupun orang sewaan dan dilakukan di luar nikah. Nah, hal ini sangat bertentangan dengan norma dan etika yang berlaku dinegara kita, bukan?
Sementara itu, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 (dilakukan setiap 5 tahun sekali), 8% remaja pria berusia 15-24 tahun dan 2% remaja wanita di usia sama, mengakui bahwa pernah berhubungan seksual sebelum menikah dan 11% di antaranya mengalami kehamilan yang tak dikehendaki.
Sungguh miris melihat fakta di atas, bagaimana tidak, Indonesia yang disebut negara agamis dan mempunyai hukum yang sah malah tercoreng dengan hal-hal semacam itu. Bangsa kita mempunyai kultur yang berbeda dengan barat jadi jangan terus menyamakan dan bersikap bodo amat dalam pendidikan seks serta banyak alasan. Oleh karena itu, inilah pentingnya sex education untuk remaja dan perlu ditegaskan bahwa ini bukan termasuk berotak porno.Â
Orang tua sebagai pendidik pertama dalam masyarakat harus memahami hal ini dan menyampaikan kepada anaknya dengan harus hati-hati pula sehingga dapat diterima dengan baik oleh sang anak. Para remaja yang baru tumbuh atau dalam masa pubertas umumnya harus didampingi dan ditopang oleh prinsip-prinsip keimanan dan ajaran agama serta pemahaman tentang norma susila yang berlaku dilingkungan masyarakat.
Justru jika kita sadari, tanpa edukasi seks yang baik, rasa penasaran pada anak dapat berakibat ketidakbijaksanaan dalam mengambil keputusan saat mengeksplorasi seksualitasnya. Maraknya kemudahan berteknologi memberikan ruang bagi remaja untuk membuka situs-situs yang porno dan mereka bisa salah dalam mengambil keputusannya.
Menurut seorang ahli, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pula dalam penyampaian pendidikan seksual agar anak justru teredukasi dan bukan malah menjerumuskan, berikut beberapa komponen penting tersebut:
- sex education disampaikan sesuai dengan usianya,
- informasi yang akurat dan mudah dipahami, danÂ
- keterampilan komunikasi dalam percakapan seksual.
Itulah 3 hal yang perlu digaris bawahi untuk memaparkan pendidikan seksual. Pendidikan karakter dan moral juga sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman yang tuntas terhadap perilaku seks.
Perlu dicatat juga, bahwa memberikan pendidikan seksual pada anak bukan hanya tentang informasi seks melainkan dapat menumbuhkan perasaan tanggung jawab dalam pengambilan keputusannya. Selanjutnya, untuk dapat mengedukasi dengan baik orang yang meyampaikan khususnya orang tua juga harus dapat memposisikan dirinya agar dapat diterima penjelasannya oleh sang anak.Â
Dan pada akhirnya, siapapun orang yang memberikan edukasi seksual harus pandai dalam menyampaikannya sehingga tidak terkesan menakut-nakuti nantinya. Pilihan kita dalam menentukan sikap seksual sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, jadi jangan sampai kita salah langkah dalam menghadapinya.