Kerupuk merupakan salah satu hidangan pelengkap makan yang banyak digemari masyarakat. Semakin berkembangnya zaman, jenis kerupuk pun semakin berkembang ragamnya. Tak terkecuali kerupuk yang produksi oleh UD. Berkah Family.
UD. Berkah Family merupakan salah satu UMKM yang memproduksi berbagai macam kerupuk-kerupukan. Fahmi Ali namanya, seorang pria paruh baya yang berkecimpung dalam bisnis ini, sekaligus pemilik UD. Berkah Family. Usaha rumahan yang berlokasi di Pangkalan Berandan, Pelawi Utara, Langkat, Sumatera Utara ini masih terus bertahan meskipun pandemi tak kunjung berkesudahan.
Usahanya ini adalah warisan dari orang tuanya dan telah berdiri sejak tahun 1986. Namun, sejak tahun 2018 lalu, barulah usahanya resmi menjadi miliknya. "setelah orang tua wafat, saya mendaftarkan ulang  usaha ini dengan nama saya ke BPOM, sehingga sudah terdaftar resmi dengan saya pemiliknya" ungkap pemilik UMKM.
Kerupuk tempe, ikan, rengginang, dan udang adalah macam-macam dari kerupuk olahannya. Ia pernah mempunyai inovasi berupa kerupuk berasa pedas dan manis, namun sayang dipasaran malah sepi peminat karena memang kerupuk original yang berasa gurih lebih digemari. Berdasarkan pengalamannya inilah, ia menjelaskan sulitnya berinovasi dengan kerupuk. "Pasarnya sepi kalau dikasih rasa-rasa, kendala bisnis kerupuh tuh seperti dia bukan cemilan pokok melainkan cemilan ringan jadi agak sulit memasarkannya" tambah pemilik UMKM.Â
Usaha kerupuk milik Pak Fahmi pun sudah sampai hingga ke luar negeri. "Alhamdulillah kerupuknya udah sampai ke Malaysia (buat oleh-oleh) tapi untuk dalam negeri baru di Sumatera Utara sama Aceh saja, insya Allah kedepannya akan lebih baik lagi" lanjutnya. Untuk kalangan luas, Pak Fahmi hanya menyasar pasar tradisional atau warung-warung saja karena ia menjual dengan porsi besar, yakni minimal 20 kg untuk pasar dan 5 kg untuk warung biasa yang nantinya akan dijual lagi, kecuali jika memang ada pesanan khusus. Beliau juga mempromosikan kerupuknya lewat media sosial untuk mencakup wilayah yang lebih luas khususnya saat pandemi covid-19 ini.
Sejauh ini, banyak konsumen yang merespon positif dan menyukai produk miliknya."Kerupuk produksi saya mentahan dan tidak dijual gorengan langsung karena jika sudah digoreng dan tahan berhari-hari maka sudah tidak enak lagi, karena kerupuk kami tanpa bahan pengawet dan pengeringan murni menggunakan sinar matahari saja" lanjutnya. Ini dilakukannya untuk menjaga kwalitas dan keaslian produk dari kerupuknya.
Ia juga menambahkan bahwa, biasanya pabrik tempat ia memproduksi kerupuk mempekerjakan hingga 7 karyawan tapi karena pandemi terpangkas hingga 3 karyawan saja. "Saya sebenernya juga kasihan dengan pekerja saya tapi disatu sisi yaa saya juga ga mampu kalau menggaji mereka semua seperti biasanya" imbuhnya. Â
"Yaa mau gimana lagi, kalau saya berhenti produksi, yaa otomatis dapur mati dan tak ada sepiring nasi karena satu-satunya penghasilan saya yaa kerupuk ini" lanjutnya menggambarkan usaha kerupuknya saat pandemi. Selain itu, beliau juga menambahkan jika usahanya tetap bertahan karena kegigihan dan motivasi yang tinggi karena ia yakin ini juga termasuk ujian Allah dalam menjalankan bisnisnya dan akan timbul keberkahan berlebih setelahnya.
Namun, disaat pandemi ini, ia tetap bersyukur karena usahanya masih bertahan meskipun menurun dalam segi penghasilannya. Bahkan, ia juga menjelaskan bahwa uang tabungannya sudah terpakai agar bisa tetap bertahan. "Lika-liku saat pandemi ini lebih terasa dibanding pengalaman naik turun usaha sebelumnya, terus terasa lebih berat juga bang" tutut Pak Fahmi.Â
"Intinya usaha dan do'a jangan sampai terlupa, lalu serahkan saja dengan yang Maha Kuasa, insya Allah semua akan berjalan lancar dan dimudahkan" pungkasnya diakhir percakapan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H