Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) IPB University mengembangkan sebuah produk biomassa yang berasal dari tandan kosong dan pelepah sawit. Biopelet ini bernama BIOELAISH dan dijual dengan harga Rp10.000/Kg.Pembuatan biopelet ini dilakukan di rumah produksi yang berlokasi di daerah ciampea, Kabupaten Bogor
BIOELAISH merupakan sebuah inovasi berupa produk biomassa berupa biopelet yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan limbah sawit. BIOELAISH diciptakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tim PKM BIOELAISH terdiri dari Daniel Rumahorbo, Maharani Arzela Dewi, Rifa Haenun Alya, Arnelia Rimarta, dan Danendra Hideakira
Daniel, selaku ketua tim mengatakan, latar belakang pembuatan biopelet BIOELAISH adalah "Karena saya melihat permasalahan dari limbah sawit sampai saat ini masih belum teratasi dengan baik. Selain itu juga, pemerintah masih sangat ketergantungan terhadap penggunaan energi tidak terbarukan. Untuk mengeliminasi kemungkinan terburuk dari dampak pemakaian energi fosil tersebut, setidaknya ada beberapa alternatif jalan keluar, salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan terhadap sumber energi terbarukan. Saat ini sumber energi yang sudah siap dan mudah didapatkan adalah dari limbah pertanian" ungkap Daniel. Dengan bimbingan Siti Jahroh, Daniel beserta tim menciptakan inovasi BIOELAISH. Menurut Daniel, inovasi BIOELAISH ini memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah memiliki nilai kalor sekitar 5800 Kal/g, yang hampir setara dengan batu bara.
Tidak hanya itu, BIOELAISH ini juga memiliki kadar air yang rendah, bau yang tidak menyengat ketika digunakan, dan pastinya tahan lama ketika digunakan. BIEOLAISH dapat tahan 3-5 jam pemakaian. Mahasiswa IPB University itu menyebut, BIOELAISH diperuntukkan untuk UMKM yang masih menggunakan alat pembakaran seperti arang dalam proses usahanya, restoran maupun rumah makan yang menyediakan kuliner bakar, bagi para pendaki gunung yang membutuhkan biopelet atau arang untuk menghangatkan tubuh. Tidak terbatas itu, mahasiswa pun ternyata juga membutuhkan BIOELAISH ini karena seringkali dibutuhkan ketika ada momen kumpul dengan kerabat maupun keluarga untuk kegiatan bakar-bakar. "Jadi, BIOELAISH tidak terbatas oleh siapa saja yang dapat menggunakannya," kata Daniel. Selain memberikan kebermanfaatan kepada calon konsumen, katanya, BIOELAISH Â juga menjadi solusi untuk mengurangi limbah sawit yang semakin lama semakin membuat dampak negatif terhadap lingkungan.
Mahasiswa IPB University itu mengungkap, saat ini jumlah peminat produk BIOELAISH terus bertambah. Mulai dari civitas kampus hingga masyarakat umum. Daniel mengatakan, selama periode penjualan Agustus-September, produk BIOELAISH telah berhasil menjangkau pasar yang cukup luas di daerah JABODETABEK.
"Produk ini juga dinilai memiliki daya tarik yang tinggi karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan arang kayu maupun arang batok kelapa." tambahnya.
Produk BIOELAISH disajikan dalam kemasan standing pouch dengan berat bersih 1 Kg. Harga jual produk cukup terjangkau, yaitu sebesar Rp10.000,-. Produk BIOELAISH aktif dipromosikan melalui media sosial Instagram dengan username @bioelaish_id, whatsapp, dan e-commerce.
Daniel berharap, penggunaan limbah sawit sebagai bahan baku utama pembuatan BIOELAISH Â dapat menciptakan solusi alternatif yang berkelanjutan untuk kebutuhan energi masa depan. "Saya sangat bersemangat untuk membawa produk ini ke pasar dan berkolaborasi dengan pihak lainnya dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H