Mohon tunggu...
Azzalia Al Farafiesya
Azzalia Al Farafiesya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kepribadian saya Introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengukir Jalan Baru: SDG 9 sebagai Penggerak Transformasi Infrastruktur dan Inovasi

3 September 2024   18:28 Diperbarui: 3 September 2024   18:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tema Esai : SDGs 9 (Industry, innovation and infrastructure)

Salah satu fokus utama dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah SDG nomor 9, yang bertujuan untuk memperkuat infrastruktur, mendukung industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi. Tujuan ini krusial untuk pencapaian pembangunan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Infrastruktur yang solid berperan sebagai pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh dan berkelanjutan. Infrastruktur yang baik memungkinkan berbagai sektor berkembang dengan lebih efektif, memperluas akses ke layanan penting, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Infrastruktur sebagai Landasan Pembangunan yang Berkelanjutan

Kualitas infrastruktur sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Menurut kajian dari United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), pengembangan infrastruktur yang efisien dapat meningkatkan produktivitas, memperluas akses pasar, serta mendukung urbanisasi yang ramah lingkungan (ESCAP, 2020). Infrastruktur yang baik juga memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan teknologi informasi, yang berdampak positif pada kualitas hidup.

Penelitian Caldern dan Servn (2014) dalam artikel "Infrastructure in Latin America" menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara-negara berkembang. Investasi di sektor transportasi, energi, dan teknologi informasi memainkan peran kunci dalam meningkatkan daya saing nasional serta adaptasi terhadap perubahan global. Infrastruktur modern juga membantu mengurangi kesenjangan antara wilayah urban dan rural.

Inovasi sebagai Motor Penggerak Pembangunan Industri

Inovasi adalah faktor utama dalam meningkatkan efisiensi industri dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Teori Schumpeter (1934) menjelaskan bahwa inovasi merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi melalui proses creative destruction, di mana teknologi baru menggantikan teknologi lama untuk menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi. Dalam konteks SDG 9, inovasi tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari kegiatan industri.

Menurut laporan "Innovation and Development" oleh World Bank (2018), negara-negara yang mengalokasikan investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih siap menghadapi perubahan iklim. Teknologi ramah lingkungan, energi terbarukan, dan efisiensi energi adalah contoh inovasi yang dapat mengurangi dampak industri terhadap lingkungan sekaligus mendukung pencapaian target perubahan iklim global.

Inovasi juga membantu memperluas inklusivitas dalam industri. Dengan penerapan teknologi baru, sektor industri dapat memberdayakan kelompok yang sebelumnya terpinggirkan, seperti usaha kecil dan menengah (UKM) dan masyarakat di daerah terpencil. Jurnal "Inclusive Innovation for Sustainable Development" menunjukkan bahwa inovasi yang inklusif mampu membuka akses ekonomi bagi kelompok rentan dan mengurangi kesenjangan sosial (George, McGahan, & Prabhu, 2012).

Tantangan dan Peluang dalam Implementasi SDG 9

Meskipun SDG 9 menawarkan banyak manfaat untuk pembangunan berkelanjutan, implementasinya dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan pendanaan. Laporan dari Asian Development Bank (ADB, 2017) mengungkapkan kekurangan investasi infrastruktur global yang mencapai triliunan dolar, terutama di negara-negara berkembang. Selain itu, regulasi yang kompleks dan kapasitas kelembagaan yang terbatas sering kali menjadi hambatan dalam melaksanakan proyek infrastruktur besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun