Pendidikan di Indonesia hingga kini masih menjadi isu krusial, terutama karena ketimpangan akses yang dirasakan oleh banyak masyarakat. Data UNICEF pada tanggal 3 September 2024, mencatat bahwa Indonesia memiliki jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah terbesar di Asia Tenggara, yakni 3,9 juta anak. Faktor utama masalah ini adalah kondisi ekonomi yang sulit, ditambah dengan anggapan sebagian masyarakat bahwa pendidikan hanya membuang uang tanpa ada manfaat yang nyata. Padahal, pendidikan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan seseorang untuk terjun di dunia kerja, serta meningkatkan nilai diri seseorang di mata masyarakat dan dunia profesional.
Menurut Anies Baswedan, pendidikan berkualitas adalah kunci peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya untuk mencapai pendidikan yang berkualitas meliputi perbaikan sistem pembelajaran, peningkatan kualitas bahan ajar, penyediaan sarana prasarana yang memadai, serta pelaksanaan program-program pemerintah yang mendukung akses dan kualitas pendidikan. Dalam hal ini, orang tua, guru, dan masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan anak, baik di rumah, di lingkungan keluarga, rumah, maupun sosial.
Setiap anak memiliki potensi dan karakter masing-masing yang memerlukan pendekatan holistik. Hal ini menjadi tantangan bagi orang tua dan guru agar memiliki banyak metode dalam melatih keterampilan sosial, moral, dan spiritual seorang anak. Pendidikan karakter yang meliputi aspek sosial, moral dan spiritual sebaiknya dibangun sejak dini, karena merupakan fondasi yang akan membentuk individu yang berintegritas dan berkontribusi positif. Dengan kolaborasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan tidak hanya akan menciptakan individu yang unggul, tetapi juga meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, sehingga membawa Indonesia menuju sistem pendidikan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H