Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Tanpa Pengalaman Internasional Tak Berarti Pemalas

20 Juni 2021   00:47 Diperbarui: 20 Juni 2021   01:15 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namun tak semua orang mendapat kesempatan untuk ikut pertukaran pelajar secara gratis. Mereka harus ikut seleksi ketat dengan berbagai pengalaman. Sekali lagi, bahkan prestasi akademik pun bergantung pada kesempatan. Ada orang yang sebenarnya mampu, namun keadaan seringkali tak mendukung. Kondisi ekonomi dan dukungan keluarga juga merupakan hal penting.

Artinya apa? Tak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Tak semua orang bisa berhasil memperjuangkan prestasi dan pengalaman akademik. Bukan karena mereka tak mau, namun karena mereka tak mendapat kesempatan.

Kita tak bisa menilai seseorang hanya dengan melihat pengalamannya saja. Oh tentu saja harus dinilai karena itu berpengaruh pada CV untuk melamar kerja. Permasalahannya kenapa harus dinilai dari CV. Tujuan akademik dan belajar tak hanya melulu untuk menjadi karyawan. Okelah sebagai dosen harus mengarahkan sesuai jurusan, tapi seseorang bisa membuka usaha dan perusahaan di bidang apa pun lalu menggunakan ilmu kuliah untuk mengerjakan bidang tertentu. 

Misalkan seorang sarjana akuntan, ia bisa mendirikan perusahaan fashion. Lalu untuk akuntasi bisa diambil alih olehnya. Saya sendiri setelah lulus tak memiliki pengalaman akademik karena tak pernah lolos. Lalu setelah lulus saya mendirikan bimbel, saya langsung mendapat penghasilan, tidak menganggur, dan tak perlu melamar kerja. 

Pengalaman hidup mungkin tak sekeren pengalaman akademik, namun ia mengajarkan kita tentang kehidupan, menghadapi dunia yang cukup kejam. Menikmati makan hasil keringat sendiri sejak kuliah, bukan hanya fokus pada akademik karena terjamin fasilitasnya. 

Kita juga bisa melihat bahwa dunia akademik pada akhirnya bermanfaat pada dunia akademik itu sendiri. Berapa banyak jurnal telah terbit namun berakhir di kumpulan jurnal. Ketika kuliah, penelitan tentang kantong dari umbi sudah banyak sekali dilakukan. Namun tak ada yang sanggup mewujudkannya menjadi produk karena memerlukan modal yang besar. 

Pada akhirnya orang yang punya modal lah yang bisa mewujudkannya, tak harus yang berprestasi akademik. Bahkan jika kita memiliki banyak sekali hasil penelitian, jika tak punya modal dan sponsor, hasil penelitian itu tidak akan terealisasi. Jadi, tak melulu menjadi orang berprestasi itu bisa memberi dampak besar, boleh jadi orang yang memiliki banyak modal yang bisa berdampak bagi masyarakat. 

Namun intinya, kita boleh memotivasi orang, tapi jangan sampai memandang remeh orang lain. Kita tak tahu bagaimana kehidupannya, apa yang dia perjuangkan, dan penderitaan apa yang dia rasakan. Kita memiliki pengalaman bagus, bukan berarti bisa juga terjadi pada orang lain. Kita hanya diberkahi Tuhan, kita tak pernah bisa menciptakan kesempatan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun