Mohon tunggu...
Azzahra Zulfaniqandra
Azzahra Zulfaniqandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Menyukai musik dan berbagai jenis film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Angka Kematian dan Resesi

7 Mei 2023   15:03 Diperbarui: 7 Mei 2023   15:12 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perubahan iklim semakin mengganas kian harinya. Hal ini menyebabkan bertambahnya kasus kematian yang terjadi di beberapa negara akibat gelombang panas yang menyerang sebagian wilayah Asia yang terjadi seperti di India yang menumbangkan 13 jiwa meninggal dunia pada tahun ini dan 24.000 ribu dari hasil akumulasi 30 tahun terakhir. 

Suhu udara di India mencapai 46 derajat celcius hingga mampu melelehkan jalanan aspal di negara tersebut. Tentu hal ini akan mengingatkan kita bagaimana perubahan iklim yang sangat ekstrim ini mampu menewaskan makhluk hidup di dunia ini. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, mengatakan bahwa gelombang panas tidak berpotensi terjadi di Indonesia. 

Di Indonesia, suhu harian tertinggi berada di angka 37,2 derajat celcius. Meskipun Indonesia tidak terdampak gelombang panas, suhu permukaan udara terasa panas saat kita merasakannya.

Dilansir oleh World Meteorological Organization, bahwa di Asia tercatat 3.454 bencana dari tahun 1970-2019 dengan 975.622 nyawa meninggal dunia dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$1,2 trilliun. Dari banyaknya bencana, sebagian besar bencana diakibatkan oleh banjir sebesar 45% dan badai sebesar 36%. 

Badai memiliki dampak tertinggi pada kehidupan yang menyebabkan 72% nyawa hilang, sedangkan banjir menyebabkan kerugian ekonomi terbesar yaitu 57%. Dari 10 besar bencana yang tercatat di Benua Asia, menyumbang sekitar 680.837 kematian (70%) dan mengalami kerugiaan ekonomi sebesar US$ 266,62 milliar pada wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi dampak yang dahsyat terhadap kehidupan.

Belum lagi pemberitaan mengenai ancaman resesi oleh IMF yang sedang ramai dibicarakan akhir -- akhir ini . Adapun juga, perubahan iklim dapat memengaruhi resesi pada tahun 2023. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa perekonomian global melambat dari 3,4% pada tahun 2022 menjadi 2,8% pada tahun 2023. 

Melambatnya pertumbuhan perekonomian ini tak hanya disebabkan oleh pengaruh pandemi covid 19 yang melanda seluruh bagian bumi, invasi Rusia terhadap Ukraina, tetapi bencana - bencana dunia yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Banjir yang selalu melanda ibu kota tanah air kita di sejumlah titik menjadi ancaman serius terhadap perekonomian Indonesia. 

Dampak perubahan iklim seperti banjir, longsor, dan bencana alam lainnya diproyeksikan akan menimbulkan kerugian ekonomi signifikan dalam beberapa dekade mendatang.

United Nation Environment Programme (UNEP) memperkirakan besaran biaya untuk beradaptasi dengan dampak iklim yaitu sebesar USD140-300 miliar per tahun pada 2030 dan USD280 hingga USD500 miliar per tahun pada 2050. Angka estimasi tersebut dilihat dari perkirakan bagaimana kerusakan -- kerusakan akibat bencana alam yang terjadi pada tahun 2021.

Banyaknya jumlah kerugian ekonomi akibat bencana -- bencana yan terjadi, pemerintah perlu mewaspadai dan memasukkannya dalam kalkulasi mitigasi risiko terhadap guncangan ekonomi yang terjadi pada tahun berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun