Di era globalisasi ini membawa berbagai pengaruh di berbagai aspek bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya tentang penyimpang seksual. Fenomena penyimpangan seksual yang saya akan bahas kali ini yakni tentang konsep LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender), waria, dsb. Apalagi di era sekarang istilah open minded menjadi tren di kalangan kaum muda. Open minded sendiri merupakan sikap terbuka terhadap berbagai pendapat, ide, informasi, dan dapat melihat suatu hal dari berbagai sisi. Banyak orang yang menganggap jika tidak setuju dengan adanya LGBT maupun waria dianggap tidak open minded. Mengapa demikian?
Tentu saja fenomena penyimpangan sosial ini menimbulkan pro dan kontra, khususnya di Indonesia yang mana nilai-nilai norma menjadi acuan masyarakat untuk menilai baik buruknya sesuatu. Terdapat beberapa alasan kenapa fenomena tersebut dapat terjadi di Indonesia, antara lain :
1. Lingkungan dan pergaulan
Faktor lingkungan dan pergaulan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial. Penyebab beberapa orang yang menjadi seorang waria atau LGBT dikarenakan lingkungan sekitar/ pergaulan mereka yang banyak seperti itu, yang mana dengan seiringnya waktu dapat mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Selain itu, pola asuh dalam lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi. Contohnya, dalam lingkungan keluarga terdapat pola asuh yang salah seperti ayah/ saudara laki-laki yang memperlakukan anak perempuan dengan kasar atau tidak baik, kemungkinan yang terjadi yakni bisa menimbulkan trauma dan akhirnya timbul rasa benci terhadap semua laki-laki.
2. Penyalahgunaan istilah open minded
Akhir-akhir ini istilah open minded sering disalahgunakan seperti, orang-orang yang menentang adanya LGBT di Indonesia dianggap primitif, kuno, berpikiran sempit, dll . Yang mana seharusnya dengan open minded diharapkan pemikiran kita semakin kritis dalam menghadapi perubahan zaman, bukan berdalih atas istilah open minded untuk menerima semua perubahan-perubahan yang sifatnya melanggar norma dan batasan agama tanpa memfilter dan membenarkan yang salah. Yang ada malah terjadi perpecahan jika konsep open minded seperti itu. Apalagi kita hidup di negara yang memiliki norma dan aturan di dalamnya. Kita bisa bersikap/ berfikir open minded dengan tidak menghilangkan norma-norma yang ada dan juga tidak menyudutkan ataupun menyalahkan.
3. Faktor Genetik
Terdapat beberapa hasil penelitian bahwa faktor penyebab LGBT dapat berasal dari dalam tubuh seorang LGBT. Dalam dunia medis, laki-laki memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan memiliki kromosom XX dalam tubuhnya. Namun, dalam beberapa kasus LGBT, laki-laki mungkin saja memiliki kromosom XXY (memiliki komposisi kromosom X melebihi batas normal). Hal itu menyebabkan kurangnya hormon testosterone (hormone seks pria), yang mana akibatnya dapat mempengaruhi perubahan perilaku maupun fisik. Misalnya laki-laki yang nyaman dan suka berperilaku mirip dengan perempuan.
4. Globalisasi
Dengan adanya globalisasi membawa pengaruh yang besar terhadap paham liberal. Terlepas dari dampak positif dan negatif dengan adanya globalisasi, paham ini membuat masyarakat untuk menerima keterbukaan tanpa batas, seperti kesetaraan gender. Komunitas LGBT mengatasnamakan HAM berusaha menuntut pengakuan atas hak-hak mereka sebagai manusia. Selain itu, mereka juga gencar memperjuangkan serta memperlihatkan orientasi seksual dan identitas gender mereka. Hal itu dilakukan agar negara melegalkan pernikahan sesama jenis dan terdapat hak yang sama untuk kesetaraan gender. Namun, seperti yang kita tau tentu saja hal itu tidak mungkin terjadi di Indonesia karena LGBT dianggap sebagai penyimpangan sosial yang akan berdampak buruk bagi penerus bangsa.
5. Faktor ekonomi