Mohon tunggu...
azzahraputriridani
azzahraputriridani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ahmad Dahlan

- blessed mess

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Konflik ke Solusi: Pentingnya Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

14 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   19:53 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LegacyQur'an.com Surat 'Ali `Imran [3:159-165] - The Noble Qur'an

Konflik merupakan hal yang wajar dan tak terpisahkan dari dinamika lembaga pendidikan. Menurut Silva dan Oliveira konflik dalam lingkungan belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya perbedaan pendapat antar siswa, masalah komunikasi antara siswa dan guru, hingga perselisihan antara staf administrasi dan orang tua siswa. Fenomena konflik ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia (Silva & Oliveira, 2022). Konflik yang dikelola dengan buruk dapat merusak lingkungan belajar dan mengurangi kinerja siswa, sehingga diperlukan strategi yang efektif untuk menyelesaikannya.

Penyelesaian konflik dicapai melalui pengambilan keputusan berdasarkan perencanaan yang matang serta membutuhkan pendekatan konseling. Sebagai pemimpin dan penanggung jawab utama di sekolah, kepala sekolah memegang peranan penting dalam manajemen konflik, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Permendikbud RI tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, tetapi juga berperan dalam mengembangkan keterampilan penyelesaian konflik siswa.

Menurut Mahmudah dan Khaudli, kepemimpinan di sekolah memiliki peran krusial dalam menentukan arah, budaya, dan kualitas pendidikan yang dilaksanakan. Namun, seorang pemimpin akademis tidak hanya bertugas mengelola aspek administratif tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk membimbing, menginspirasi, dan menciptakan visi bersama untuk mencapai keunggulan akademis dan menghindari konflik yang dapat menghalangi tercapainya gagasan tersebut. Pemimpin memiliki kemampuan untuk mengarahkan urusan organisasi. Kepemimpinan membutuhkan kemampuan untuk memengaruhi, mengarahkan, dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Mahmudah & Khaudli, 2021). Dalam Islam penyelesaian konflik terkandung dalam Al-Qur'an surat Ali Imran Ayat 159, yang berbunyi :

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal". Ayat ini mengajarkan kita untuk berpikir tentang cara menyelesaikan konflik dan menemukan solusi terbaik. Musyawarah adalah cara terbaik untuk melakukannya dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad (saw).

Sesuai dengan ayat di atas, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar merupakan salah satu solusi efektif dalam menangani berbagai konflik yang terjadi di lingkungan sekolah. Melalui layanan konseling, siswa, guru, dan orang tua dapat diberikan ruang untuk mengidentifikasi masalah, memahami sudut pandang yang berbeda, dan menemukan solusi yang saling menguntungkan. Semua pihak yang terlibat dalam konflik dapat diajak untuk berdialog secara terbuka dan menemukan titik temu. Pendekatan ini tidak hanya membantu menyelesaikan konflik secara konstruktif, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan emosional dan sosial yang penting untuk kehidupan mereka. Dengan demikian, Bimbingan Konseling berperan sebagai sarana strategis untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis, kondusif, dan mendukung perkembangan karakter siswa.

Memahami bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar, terutama terkait pelaksanaan intervensi serta keterampilan konselor dalam menangani konseling merupakan hal yang sangat penting. Keberhasilan bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun yang terpenting di antaranya adalah peran konselor sekolah. Konselor sekolah merupakan pusat dari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Konselor sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan layanan ini harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam berbagai aspek seperti pendidikan, pelatihan, pengalaman, karakteristik pribadi, sikap, dan tingkat keterampilan.

Dalam pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling operasional, konselor sekolah harus menguasai dua bidang utama, yaitu keterampilan dan karakteristik. Menurut Rafael, ada beberapa ragam keterampilan konselor yang mencakup berbagai perilaku, meliputi: 1) mendengarkan dan menanggapi, 2) efektivitas, 3) pemantauan, 4) ekspresi emosi, 5) mengatasi, 6) memberikan umpan balik yang membangun, 7) mengendalikan situasi (blok), 8) koneksi, 9) interpretasi, 10) investigasi, 11) klarifikasi, 12) kesimpulan. Sementara itu, perilaku yang diharapkan meliputi: (1) kehangatan, (2) kepedulian, (3) penerimaan diri dan orang lain, (4) keaslian, (5) keberanian mengambil risiko, (6) optimisme, dan (7) kepercayaan dalam proses konsultasi (Ginting, 2020).

Setelah solusi ditemukan dalam mengatasi konflik yang ada di sekolah, dibutuhkan juga sebuah evaluasi konflik. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi supaya konflik serupa atau bahkan konflik yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari. Evaluasi konflik merupakan bagian penting dari manajemen konflik dan memerlukan evaluasi efektivitas strategi penyelesaian konflik. Proses evaluasi ini membantu menentukan apakah hasilnya efektif dalam mengurangi konflik, meningkatkan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat, dan mencapai tujuan yang dimaksudkan semula. Menurut Mudofir, dkk. dalam merancang penilaian konflik di sekolah diperlukan adanya bimbingan dan pelatihan dari pihak sekolah agar tercapainya tujuan bersama. Penilaian ini tidak hanya dilakukan di akhir pembelajaran, tetapi juga di awal dan akhir semester. Langkah ini dilakukan untuk mewujudkan sekolah yang dapat menjadi harapan bagi masyarakat luas (Mudofir et al., 2024).

Hal ini mencerminkan upaya untuk menyelidiki konflik di sekolah yang berfokus pada pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung. Evaluasi sendiri merupakan sebuah puncak dari manajemen konflik. Strategi pemantauan hasil evaluasi harus disusun dengan arahan kepala sekolah yang berfokus pada pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan analisis konflik, formulasi dan implementasi strategi, serta evaluasi dan pemantauan yang terstruktur sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen strategis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun