Keingintahuan tentang apa pun akan membangkitkan rasa ingin tahu manusia, yang berujung pada pengetahuan. Setiap jenis pengetahuan berbeda dari yang lain berdasarkan cara memperolehnya dan apa yang dipelajari darinya. Manusia memperoleh pengetahuan karena dua alasan utama: pertama, mereka dilengkapi dengan bahasa yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan ide-ide dan pengetahuan yang mendasari mereka. Kedua, berpikir sesuai dengan alur adalah sifat manusia yang dikenal sebagai penalaran. (Yasin et al., 2018).
Menurut etimologinya, kata ontologi ini berasal dari bahasa Yunani, di mana kata ini terdiri dari kata ontos yang berarti keberadaan, dan logos yang berarti studi atau ilmu. Adapun dari segi terminologinya, ontologi ialah ilmu yang mengulas tentang hakikat dari apa yang ada, yang merupakan kekuatan tertinggi dalam hal fisik atau konkret dan rohani atau abstrak (Luthfiyah & Lhobir, 2023). Ilmu ontologi menyelidiki semua aspek kehidupan yang dapat dirasakan oleh indera manusia. Â Hal ini mencakup benda fisik seperti batu, hewan, tumbuhan, dan manusia, serta berbagai fenomena dan peristiwa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena ilmu berfokus pada objek-objek yang dapat diamati dan dikaji melalui pancaindra manusia, maka ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris. Â Objek-objek yang berada di luar jangkauan pancaindra manusia, seperti konsep-konsep metafisika atau realitas spiritual, tidak termasuk dalam ranah kajian ilmu. (Dewi, 2021).
Epistemologi, berasal dari kata Yunani "episteme" (pengetahuan) dan "logos" (ilmu), adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-usul, hakikat, sifat, dan jenis pengetahuan. Â Epistemologi membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, definisi kebenaran, dan kriteria untuk menentukannya. Dan tujuan dari analisis epistimologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu terjadi, (Luthfiyah & Khobir, 2023). Epistemologi sebagai cabang filsafat, yaitu menyelidiki hakikat dan cakupan pengetahuan, dasar-dasarnya, dan bagaimana kita dapat memastikan bahwa seseorang benar-benar memiliki pengetahuan. Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi juga membahas keaslian, makna, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Â Singkatnya, epistemologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan secara mendalam. (Dewi, 2021).
Aksiologi, berasal dari kata Yunani "axios" (nilai) dan "logos" (ilmu), secara harfiah berarti teori tentang nilai. Â Aksiologi berhubungan erat dengan manusia, karena nilai-nilai menjadi esensial bagi keberadaan manusia. Â Cabang filsafat ini membahas tentang nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, yang menjadikan manusia sebagai manusia yang sesungguhnya (Afifuddin & Ishak, 2022). Aksiologi pada dasarnya membahas hubungan antara ilmu dan nilai, khususnya pertanyaan apakah ilmu bebas nilai atau terikat nilai. Karena berkaitan dengan nilai, aksiologi juga berhubungan dengan konsep baik dan buruk, layak dan tidak layak. Â Ketika para ilmuwan berusaha membentuk suatu jenis ilmu pengetahuan, mereka sebenarnya telah melakukan uji aksiologis, baik secara sadar maupun tidak, untuk menentukan nilai-nilai yang mendasari ilmu tersebut. (Dewi, 2021).
Ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan tiga pilar penting dalam memahami ilmu pengetahuan. Ontologi menyelidiki hakikat ilmu pengetahuan, berusaha untuk membuktikan dan menelaah kebenarannya. Epistemologi fokus pada cara memperoleh ilmu pengetahuan, membahas sumber dan metode yang digunakan para ilmuwan. Aksiologi, di sisi lain, membahas nilai atau manfaat ilmu pengetahuan, menilai kelayakan pengembangannya. Dengan demikian, ontologi berbicara tentang eksistensi, epistemologi tentang perkembangan, dan aksiologi tentang nilai ilmu pengetahuan. (Dewi, 2021)
Referensi:
Dewi, R. S. (2021). Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 177--183.
Luthfiyah, L., & Lhobir, A. (2023). Ontologi , Epistimologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan. Jurnal Basicedu, 7(5), 3249--3254. https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i5.6150
Yasin, V., Zarlis, M., & Nasution, M. K. M. (2018). Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer. Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research, 2(2), 68--75.
Afifuddin, A., & Ishak, I.  (2022).  Landasan Filosofis Pendidikan Islam:  Konstruksi  Tipologis  Pendidikan Islam di Era Modern. Al-Musannif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H