Mohon tunggu...
Azzahra Dita
Azzahra Dita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memupuk Harapan untuk Bangkit dengan Penerimaan Diri Serta Regulasi Emosi

3 Desember 2024   16:25 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:42 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

24 Oktober 2024, hari yang menggembirakan untuk Penulis dan kawan - kawan lainnya yang hendak memberikan sosialisasi pada anak anak di Yayasan Bagea, tempat yang terletak di jalan dekat pinggiran Tol Pasirkoja Kota Bandung. Penulis dan kawan - kawan melihat bahwa Yayasan Bagea memiliki visi dan misi yang brilian, yakni mewadahi anak anak jalanan di pinggiran Tol Pasirkoja mendapatkan pendidikan seperti anak anak pada umumnya. Dari visi misi tersebut, selaku fasilitator pemberdaya melihat bahwa Yayasan Bagea dapat menjadi jembatan untuk anak anak bisa mendapatkan ilmu meskipun dari lembaga informal. Pasalnya, Yayasan Bagea ini telah menerjang jalan yang terjal sampai akhirnya berdiri kokoh secara independen tanpa bantuan dari pemerintah.

Melihat secercah harapan yang ingin ditumbuhkan oleh Yayasan Bagea, tepat rasanya untuk memulai mengenalkan sosialisasi pendidikan karakter untuk membentuk pribadi anak anak yang lebih baik, yaitu mengenai penerimaan diri dan regulasi emosi. Mengingat juga masing masing dari mereka memiliki perjalanan hidup yang berbeda.  

Pertemuan pertama Penulis bersama kawan - kawan sangat mengesankan,  anak anak Yayasan Bagea menyambut dengan hangat dan sangat bersemangat ketika mengetahui Penulis dan kawan kawan mengajar. Selain bertemu dengan anak - anak penulis dan kawan kawan lainnya bertemu dengan pemilik Yayasan Bagea yaitu Ibu Sumi dan guru relawan. mereka menyambut kami dengan penuh hangat dan gembira

Sebelum memulai acara penulis dan beserta kawan- kawan lainnya mengenalkan diri masing masing kepada anak - anak di Yayasan Bagea, selain mengenalkan diri masing masing kami juga memberitahukan kepada mereka tujuan dan maksud kami datang kesini. Setelah itu kami mempersilahkan sambutan yang dilakukan oleh pemilik Yayasan Bagea yaitu Ibu Sumi. 

Setelah sambutan berakhir, salah satu kawan Penulis melakukan pengantar pematerian tentang regulasi emosi  dan penerimaan diri, setelah melakukan pengantar pematerian Penulis dan kawan - kawan lainnya melakukan ice breaking yang tujuannya supaya anak tidak jenuh dan mengembalikan mood anak. 

Setelah melakukan kegiatan ice breaking, penulis dan kawan - kawan lainnya melakukan pembagian kelompok kepada anak, yang berjumlah empat kelompok. Empat kelompok ini terdiri dari tiga anak dan satu mentor. Setelah melakukan pembagian kelompok, anak dapat bergabung dengan kelompoknya, mentor memiliki tugas yaitu memberikan pemahaman materi tentang penerimaan diri dan regulasi emosi. Setelah mentor memberikan pemahaman, mentor memberikan tugas kepada anak untuk mengisi roadmap dan flashcard . Roadmap berisi harapan atau cita cita seorang anak di masa depan, roadmap ini sendiri bisa diisi oleh anak - anak untuk menuangkan keinginan dan harapan anak di masa depan. Selain ada roadmap ada juga flashcard, berisi tentang umur, hobi, kelebihan, kekurangan. Flashcard ini sangat penting untuk anak agar anak bisa lebih tau tentang dirinya sendiri. 

Setelah melakukan pematerian penerimaan diri, mentor bertugas untuk memberikan pematerian tentang regulasi emosi, dengan memperkenalkan jenis jenis emosi, cara mengontrol emosi, dampak emosi. Dengan melakukan pematerian regulasi emosi ini penulis dan kawan kawan lainnya berharap bahwa anak dapat mengontrol emosinya sendiri dengan baik dan benar, mengetahui jenis jenis emosi yang ada. 

Kegiatan dimulai dengan pematerian regulasi emosi, di mana anak-anak diajak untuk memahami cara mengelola emosi negatif seperti kemarahan dan kesedihan. Setelah itu, sesi roleplay menjadi puncak aktivitas. Anak-anak, yang sebelumnya pendiam, tampak antusias memerankan skenario yang diberikan.  

Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing diberikan situasi seperti berdebat dengan teman atau merasa kecewa karena gagal memenuhi harapan. Dengan bimbingan mentor, mereka belajar untuk merespon situasi ini menggunakan teknik yang telah diajarkan, seperti menarik napas dalam, berhitung hingga sepuluh, atau berbicara dengan lembut.  

Setelah sesi roleplay, anak-anak diajak membuat papan ekspresi. Dengan menggunakan karton, stiker emoji, dan sticky notes, mereka menggambarkan berbagai emosi yang dirasakan. Stiker emoji seperti wajah bahagia, sedih, dan marah ditempelkan di papan, sementara sticky notes digunakan untuk menuliskan situasi yang memicu emosi tersebut.  

Proses ini membantu anak-anak mengenali emosi mereka dan memahami bahwa setiap perasaan itu valid. Mentor memberikan tanggapan positif, mengajak anak untuk berbicara lebih lanjut tentang perasaan tersebut dan memberikan solusi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun