[Padang], [23 September 2024] -- Tim peneliti dari [Universitas Andalas] telah mengembangkan terobosan teknologi dengan menciptakan sistem fotobioreaktor yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dari kabut asap akibat model kebakaran lahan gambut. Sistem ini dilengkapi dengan teknologi pemantauan CO2 secara real-time, yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas udara di wilayah yang terdampak kebakaran hutan.Â
Fotobioreaktor ini memanfaatkan mikroalga yang secara alami mampu menyerap CO2 melalui proses fotosintesis. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah tahunan kebakaran lahan gambut, yang kerap mengakibatkan kabut asap tebal dan membahayakan kesehatan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dan negara tetangga.Â
"Teknologi ini menawarkan pendekatan baru dalam pengendalian polusi udara, khususnya pada kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran lahan gambut. Mikroalga dalam sistem ini efektif dalam menyerap CO2 dan mengubahnya menjadi biomassa," ujar [Azzahra].Â
Langkah Nyata Mengatasi Dampak Kebakaran Gambut
Kebakaran lahan gambut setiap tahun menyebabkan polusi udara parah dengan peningkatan konsentrasi CO2 yang signifikan. Kondisi ini menyebabkan masalah pernapasan, gangguan kesehatan, dan kerusakan ekosistem. Sistem fotobioreaktor yang baru ini diharapkan dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi peningkatan CO2 dari asap kebakaran tersebut. Dengan adanya sensor CO2 yang dipasang pada sistem, konsentrasi gas bisa dipantau secara real-time, sehingga memungkinkan para peneliti untuk mengontrol kinerja sistem dan memastikan fotobioreaktor bekerja secara optimal dalam menyerap gas-gas berbahaya dari kabut asap.Â
Uji Coba MenjanjikanÂ
Dalam uji coba awal, sistem fotobioreaktor ini menunjukkan kemampuan yang baik dalam menyerap CO2 dari kabut asap pada model kebakaran lahan gambut. Para peneliti optimis bahwa teknologi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan di area-area yang rentan terhadap kebakaran lahan, terutama di Sumatera dan Kalimantan. "Kami telah melihat hasil yang sangat positif dalam uji coba awal, dan kami yakin bahwa dengan pengembangan lebih lanjut, sistem ini bisa diterapkan secara luas untuk membantu mengurangi dampak polusi akibat kebakaran lahan gambut," kata [Azzahra].Â
Solusi Jangka PanjangÂ
untuk Masalah Lingkungan Fotobioreaktor ini tidak hanya menjanjikan dalam konteks mitigasi kebakaran lahan gambut, tetapi juga dapat diterapkan untuk mengurangi emisi CO2 di berbagai industri. Dengan pengembangan lebih lanjut, teknologi ini berpotensi menjadi solusi jangka panjang untuk pengurangan gas rumah kaca dan peningkatan kualitas udara. Para peneliti dari [Universitas Andalas] berharap bahwa inovasi ini akan menjadi langkah maju dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan mengatasi polusi udara di wilayah-wilayah yang rawan bencana lingkungan.
[Azzahra Zhuhri]