Selamat datang di Wana Wisata Rawa Bayu. Tempat yang sangat sejuk dan damai, namun tidak banyak orang yang tau. Jika anda penasaran, mari saya ajak anda untuk menikmati pesona Wana Wisata Rawa Bayu yang berada di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Rawa Bayu adalah rawa di lereng Gunung Raung dan berada di kawasan hutan lindung, maka tak heran jika suasana di sekitar rawa sangat damai dan sejuk. Bagi anda yang tinggal diluar kota, anda dapat menggunakan jasa kereta api dan berhenti di stasiun Rogojampi. Akses ke tempat ini memang sedikit lebih sulit bila tidak menggunakan kendaraan pribadi. Namun jangan khawatir, di sekitar Stasiun Rogojampi banyak sekali jasa ojek yang dapat membawa anda menuju Wana Wisata Rawa Bayu ini.
Sebelum memasuki kawasan Wana Wisata, anda akan menikmati suasana koridor di pekarangan dengan berbagai jenis bunga yang bermekaran. Bagi anda yang menyukai wisata lokal, musim panen adalah saat yang paling tepat bagi anda untuk mengunjungi tempat ini. Berkunjung meilihat seluruh masyarakat bersama-sama menjemur cengkeh  dan kopi, memanen hasil kebun hingga merasakan kenyamanan dan keramahan masyarakatnya, sangat menyenangkan. Pada musim tertentu, salah satu ritual yang tidak boleh di tinggalkan adalah menikmati buah durian khas Songgon yang warna dan rasanya berbeda dari durian biasanya.
Sambil menyantap pisang goreng dan segelas teh hangat untuk menghangatkan tubuh, pasangan pemilik warung dengan sangat ramahnya mengajak saya dan teman-teman bercengkrama. Dalam obrolan ini, beliau berdua bercerita bahwa Wana Wisata Rawa Bayu ini berada di kawasan Perhutani sehingga bila ada buah-buahan yang matang wisatawan dapat langsung menikmatinya. Beruntung ketika yang di dapat adalah buah durian, buah yang katanya mahal ini bisa didapatkan dengan cuma-cuma disini. Sangat menggiurkan.
Wana wisata ini bukan hanya sekedar menampilkan pesona keindahan alam saja, namun juga meninggalkan jejak sejarah yang besar bagi masyarakat Banyuwangi. Ketika anda menyusuri rawa tersebut, anda akan menemukan tempat bertapanya Raja Blambangan Prabu Tawang Alun dan Candi Puncak Agung Macan Putih. Konon, pada tahun 1770-an terjadi perang Puputan Bayu dimana perang ini diyakini merupakan perang yang terkejam di Indonesia dan memakan banyak korban.
Disekitar tempat bertapanya Prabu Tawang Alun terdapat tiga sumber mata air yang mengalir menuju Rawa Bayu, yaitu Sumber Kaputren, Sumber Wigangga, dan Sumber Kamulyan. Saya mencoba turun ke aliran sumber mata air, dingin tapi segar dan sangat menyejukkan. Bagi umat agama Hindu, tempat ini sangat disakralkan karena digunakan untuk semedi dan sembahyang. Dilengkapi juga dengan tempat bersuci seperti kamar mandi bagi wisatawan yang ingin melaksanakan sembahyang. Uniknya, tempat bersuci ini hanya untuk mandi atau bersuci saja sedangkan untuk buang air kecil disediakan tempat khusus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H