Mohon tunggu...
azza
azza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hangatkan Malammu di Angkringan Timbangan Tebu

26 Desember 2024   12:32 Diperbarui: 26 Desember 2024   23:38 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkringan Timbangan Tebu

Sleman- Sebuah sudut desa yang tenang di Ambarketawang, Gamping, Sleman berdiri sebuah angkringan unik sekaligus  penuh sejarah.  Angkringan Timbangan Tebu, telah menjadi  daya tarik tersendiri bagu warga lokal maupun wisatawan yang melewati kawasan ini. Nama dan konsep angkringan ini terispirasi oleh keberadaan timbangan tebu tua di lokasi tersebut, yang dulunya menjadi pusat ativitas masyarakat setempat pada masa kejayaan industri gula.

"Saya ingin orang-orang yang datang ke sini tidak hanya makan, tapi juga merasakan cerita yang ada di tempat ini," kata Subkhan, pengelola angkringan, sambil tersenyum hangat. Dengan tenda sederhana, lampu teplok menggantung, dan meja kayu panjang yang melengkapi suasana, angkringan ini berhasil menciptakan suasana yang berbeda dari tempat makan modern lainnya. Dapat menghidupkan kembali sejarah lokal Menurut Subkhan, lokasi angkringan ini dulunya merupakan tempat penting bagi masyarakat setempat. "Di sini dulu ada timbangan tebu, tempat petani menimbang hasil panen sebelum diangkut ke pabrik gula. Sekarang timbangan itu sudah tidak digunakan lagi, tapi saya ingin kenangan itu tetap hidup," jelasnya sambil menunjukkan sebuah replika timbangan tua yang sengaja diletakkan di sudut angkringan.

Keinginan Subkhan untuk menghidupkan kembali memori masa lalu ini tercermin dalam setiap detail angkringannya. Ia bahkan mengumpulkan benda-benda antik seperti alat penggilingan tebu kecil dan poster-poster lama untuk memperkuat nuansa nostalgia di tempatnya. "Orang-orang tua yang datang ke sini sering bercerita tentang masa-masa itu, saat mereka menunggu giliran menimbang tebu sambil duduk di sini. Cerita-cerita itu membuat saya semakin yakin bahwa tempat ini lebih dari sekadar warung makan," tambah Subkhan. 

Sebagai angkringan, menu yang ditawarkan Timbangan Tebu cukup sederhana, seperti nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, dan aneka gorengan. Namun, rasa masakan dan penyajiannya yang khas membuat banyak orang merasa terhubung dengan suasana tradisional Jawa. "Wedang jahe di sini rasanya beda, hangatnya benar-benar terasa sampai ke hati," kata Nopa, seorang pelanggan yang datang bersama keluarganya. "Saya juga suka sate ususnya, empuk dan gurih. Harganya juga sangat terjangkau." Harga makanan dan minuman di angkringan ini memang ramah kantong. Dengan hanya Rp2.000 hingga Rp5.000, pengunjung sudah bisa menikmati seporsi nasi kucing dan teh hangat. Hal ini membuat angkringan ini menjadi tempat favorit bagi semua kalangan, mulai dari pelajar, pekerja, hingga keluarga yang ingin menghabiskan waktu bersama.

Bagi Subkhan, Angkringan Timbangan Tebu bukan hanya tempat makan, melainkan ruang untuk berbagi cerita dan kebahagiaan. "Saya ingin angkringan ini jadi tempat orang-orang berkumpul. Bukan hanya untuk makan, tapi untuk berbincang, berbagi cerita, dan mengenang masa lalu," tuturnya.

Untuk mendukung visi tersebut, Subkhan kerap mengadakan acara kecil seperti pentas musik akustik atau bincang budaya di angkringannya. Setiap malam hari, pengunjung bisa menikmati alunan musik sambil ditemani secangkir kopi hitam dan sepiring gorengan hangat.

Azzahra, seorang mahasiswa yang tinggal di sekitar Ambarketawang, mengaku sering datang ke angkringan ini untuk melepas penat setelah seharian belajar. "Tempat ini nyaman banget. Kadang saya datang cuma buat nugas, tapi malah dapat cerita-cerita menarik dari Mas Suyatno atau pengunjung lain," katanya.

Seiring waktu, Angkringan Timbangan Tebu semakin dikenal, baik oleh warga lokal maupun wisatawan dari luar daerah. Lokasinya yang strategis di pinggir jalan utama membuatnya mudah diakses oleh siapa saja yang melintas di kawasan Gamping. "Saya dengar dari teman, katanya angkringan ini suasananya beda, jadi penasaran dan mampir. Ternyata benar, tempatnya asyik banget," ujar Nopa, seorang pengunjung dari Bantul. "Saya juga suka ada benda-benda antik di sini, jadi serasa ada museum kecil." Popularitas angkringan ini bahkan menarik perhatian beberapa komunitas seni dan budaya untuk mengadakan acara di sini. Beberapa seniman lokal pernah memamerkan karya mereka di angkringan ini, menambah nilai artistik dan budaya pada tempat sederhana ini.

Di tengah perkembangan zaman yang serba cepat dan modern, Angkringan Timbangan Tebu hadir sebagai pengingat bahwa kesederhanaan masih memiliki tempat di hati masyarakat. Dengan harga yang terjangkau, suasana tradisional, dan keramahan pengelolanya, angkringan ini menjadi oase kecil bagi siapa saja yang merindukan ketenangan. "Saya senang kalau lihat orang-orang datang ke sini, ngobrol santai, tertawa. Itu artinya angkringan ini berhasil jadi tempat yang nyaman untuk semua," kata Subkhan. Bagi siapa pun yang melintas di Ambarketawang, mampir ke Angkringan Timbangan Tebu bukan hanya soal menikmati makanan enak. Tempat ini adalah perjalanan kecil ke masa lalu, di mana cerita-cerita sederhana dari timbangan tebu kembali hidup dan menyapa setiap pengunjungnya.

"Angkringan ini seperti rumah kedua bagi saya. Di sini, saya merasa bisa jadi diri sendiri, tanpa perlu terburu-buru," tutup Azzahra sebelum kembali menikmati wedang jahe hangatnya. Jika Anda sedang berada di Ambarketawang, sempatkanlah mampir ke Angkringan Timbangan Tebu. Di sini, kehangatan makanan, cerita, dan nostalgia akan menyambut Anda dengan sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun