Sore ini saya mencoba mengingat kembali memori pada Tahun 2011, saya berkesempatan mengunjungi Kota Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Perjalanan dimulai dari Jakarta, di mana saya memilih untuk menggunakan moda transportasi kereta api. Tepat pukul 18.30, saya tiba di Stasiun Gambir, salah satu stasiun kereta terbesar di Jakarta. Namun, antrian panjang di loket dan habisnya tiket untuk tujuan Semarang membuat saya harus mencari alternatif lain. Akhirnya, saya memutuskan untuk menuju Stasiun Senen dengan harapan masih tersedia tiket kereta menuju Semarang. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan tiket tersebut.
Perjalanan menuju Semarang memakan waktu sekitar tujuh jam, dan saya tiba di Stasiun Semarang Tawang pada pagi hari. Stasiun Semarang Tawang, yang merupakan salah satu stasiun kereta api tertua di Indonesia, terletak di Jalan Taman Tawang No. 1, Semarang. Stasiun ini sudah berdiri sejak tahun 1868 dan kini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) sejak Juli 2009. Restorasi yang dilakukan untuk menjaga kualitas bangunan dan kebersihan membuat stasiun ini tetap mempertahankan keaslian arsitektur kuno khas Belanda.
Setelah melaksanakan shalat subuh di mushalla stasiun, saya melanjutkan perjalanan menuju Hotel Semesta dengan menggunakan becak dayung. Berbeda dengan becak di Aceh di mana penumpang duduk di samping pengendara, becak di Semarang memiliki penumpang yang duduk di depan pengendara. Dalam perjalanan menuju hotel, saya melewati kawasan Kota Lama yang merupakan pusat sejarah kota Semarang. Kota Lama ini mencerminkan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan antara modernitas dan sejarah.
Bangunan di wilayah Kota Lama ini memiliki karakter khas Eropa dengan ukuran pintu dan jendela yang besar, penggunaan kaca berwarna, dan bentuk atap yang unik. Dibangun pada masa kolonial Belanda, wilayah ini membawa nuansa Eropa ke jantung Semarang. Keberadaan ruang bawah tanah di beberapa bangunan juga menambah keunikan arsitektur di wilayah ini.
Semarang memiliki banyak tempat wisata bersejarah dan religi yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa di antaranya adalah Lawang Sewu, Tugu Muda, Museum Mandala Bakti, Museum Ronggowarsito, Museum Jamu Jago, Museum Nyonya Meneer, dan Museum Rekor Indonesia (MURI). Untuk bangunan religi, terdapat Masjid Agung Jawa Tengah, Gereja Blenduk, dan Klenteng Sam Poo Kong. Selain itu, Semarang juga memiliki tempat wisata bermain seperti Wonderia dan Istana Majapahit, serta wisata alam seperti Goa Kreo, Agro Wisata Sodong, dan Kampung Wisata Taman Lele.
Tak lengkap rasanya mengunjungi Semarang tanpa mencicipi kuliner khasnya, seperti bandeng presto dan wingko babat. Kota ini juga menawarkan berbagai pilihan penginapan, mulai dari hotel murah hingga berbintang, serta transportasi yang mudah dan nyaman. Kehadiran biro perjalanan wisata juga memudahkan wisatawan dalam menjelajahi keindahan kota ini.
Dengan luas wilayah 373,70 km, Semarang memiliki populasi yang heterogen, terdiri dari berbagai etnis seperti Jawa, Cina, Arab, dan lainnya. Meskipun beragam, masyarakat Semarang hidup dalam kerukunan dan toleransi yang tinggi, menjadikan kota ini tempat yang aman dan nyaman untuk investasi dan bisnis.
Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai, seperti pelabuhan, fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, dan kawasan bisnis. Meski berkembang pesat, Semarang tetap mempertahankan bangunan-bangunan bersejarah dari masa kolonial Belanda.
Semoga kita juga dapat menjaga dan merawat bangunan bersejarah di daerah kita masing masing untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Melestarikan sejarah adalah kunci untuk menghargai masa lalu dan menginspirasi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H