Dalam perjalanan kami dari Simpang KKA menuju ke Takengon, sebuah tulisan di gapura sebelah kanan jalan menarik perhatian kami: "Air Terjun Peteri Pintu". Saat itu pukul 13.10 dengan cuaca cerah, kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan mengunjungi Air Terjun Peteri Pintu sebelum melanjutkan perjalanan ke Takengon.
Air Terjun Peteri Pintu terletak di Gampong Bale Redelong, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Setelah berbelok melewati gapura dan menyusuri jalan kecil yang dikelilingi kebun kopi, kami terus memacu motor. Sebagian jalan sudah teraspal, namun kami harus melanjutkan perjalanan di jalan tanah hingga sampai ke tempat pemberhentian, sebelum harus trekking menuju air terjun.
Tempat parkir terlihat sepi, berbeda dengan kunjungan beberapa tahun yang lalu, di mana tempat ini penuh dengan kendaraan roda dua dan banyak penjual makanan serta minuman. Kali ini, tidak ada seorang pun di sana.
Beberapa saat kemudian, sekelompok pemuda menghampiri kami menanyakan jalur menuju Air Terjun Peteri Pintu. Dengan senang hati, kami mengarahkan mereka ke jalur yang tepat. Untuk mencapai air terjun, kami harus menuruni puluhan anak tangga, kemudian trekking menyusuri jalanan kecil yang sudah di paving block dan akhirnya berjalan di jalan tanah. Tempat ini telah banyak berubah, semak belukar tumbuh kembali dengan lebatnya, membuat jalanan menjadi licin akibat aliran air terjun. Kami harus berhati-hati agar tidak tergelincir.
Dulu, dari jarak beberapa puluh meter, kami bisa melihat Air Terjun Peteri Pintu secara utuh dari atas ke bawah. Namun kali ini, hanya puncak air terjun yang terlihat, karena bagian bawahnya sudah tertutupi rimbunan semak belukar.
Di lokasi dekat air terjun, dulu ada kios kecil yang menjual espresso dan mi instan. Kami biasa menikmati air terjun sambil makan mi dan menutupnya dengan secangkir kopi. Namun, kali ini kios tersebut sudah tidak ada, digantikan oleh semak belukar yang rimbun.
Kami terus trekking menanjak, mengikuti jalanan setapak yang hampir hilang jejaknya. Anak-anak muda yang tadi bersama kami sudah jauh di depan, lincah menyusuri jalanan setapak yang licin. Ketika kami tiba di puncak air terjun, mereka sedang mengambil gambar untuk kenang-kenangan.