Melihat adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan terbukanya arus informasi yang semakin luas. Ditambah lagi, dengan masuknya budaya global sehingga menjadikan maraknya terjadi akulturasi budaya antara budaya lokal Indonesia dengan budaya Barat. Hal tersebut dapat berdampak buruk, terkhususnya pada generasi saat ini apabila tidak diimbangi dengan literasi yang cukup akan keanekaragaman budaya tradisional Indonesia.
Banyak dari generasi Z yang beranggapan bahwa budaya tradisional menjadi sesuatu hal yang tidak keren, kuno, usang, dan tidak memiliki keistimewaan yang bisa dibanggakan. Sungguh miris, jika melihat generasi penerus bangsa sendiri tidak cinta terhadap budaya tanah airnya. Hal ini berakibat mulai punahnya beberapa unsur kebudayaan asli Indonesia, salah satunya permainan tradisional.
Demi mengingatkan kembali bentuk permainan tradisional Indonesia kepada generasi Z, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menggelar perlombaan permainan tradisional melalui kegiatan Jatiwara Festival yang bertajuk "Jelajah Warisan Budaya" yang diadakan pada Sabtu (16/12/2023) di Gelanggang Remaja Surabaya.
Awal mula terbentuknya Jatiwara Festival ini merupakan projek akhir mata kuliah MICE (Meeting, Invention, Convention, dan Exhibition). Dalam acara tersebut, Ilmu Komunikasi UNESA bekerja sama dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Provinsi Jawa Timur dan Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia (PORTINA) Provinsi Jawa Timur.
Di dalam Jatiwara Festival terdapat beberapa bentuk kegiatan. Mulai dari Kstaria Dolanan yang merupakan lomba permainan tradisional hadang untuk tingkat anak SD se-Surabaya. Ada juga Pojok Dolanan yang merupakan pameran interaktif berisikan berbagai macam permainan khas Indonesia, seperti terompah panjang, dakon, egrang batok, dan masih banyak lagi. Untuk melepas dahaga dan lapar, tersedia juga stand bazar UMKM yang terpajang di sisi samping kanan stadion.
Tidak hanya olahraga tradisional saja, Jatiwara Festival juga mengajak masyarakat untuk menumbuhkan rasa cinta dan apresiasi terhadap kesenian tradisional Indonesia. Oleh karena itu, pihak penyelenggara juga turut mengundang Kasiyata Manajemen untuk menampilkan tari remo sebagai pembuka acara.
Saat peresmian acara juga dilakukan pemotongan pita oleh Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM selaku wakil ketua I Portina Jawa timur dan Heru. SIP. Info. S.H.,M.H selaku Komisi olahraga Tradisional Kreasi Budaya KORMI Jawa Timur. Sedangkan, Â dari pihak UNESA diwakilkan oleh Putri Aisyiyah Rachma Dewi, S.Sos., M.Med.Kom dan Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., M.A sebagai dosen pembimbing mata kuliah MICE Ilmu Komunikasi UNESA, serta Aulya Fillah sebagai General Manager Jatiwara Festival.
Dalam sambutannya Vinda Maya menyatakan bahwa kegiatan Jatiwara Festival dapat menjadi sebuah jembatan untuk menghidupkan kembali budaya nenek moyang.
"Mari kita hidupkan kembali budaya nenek moyang Indonesia!," tuturnya.
Begitu acara resmi dibuka, suara dentum drum dari para suporter tiap sekolah berlomba-lomba mengisi stadion. Dalam acara Kstaria Dolanan terdapat empat babak dari 24 tim untuk memperebutkan juara 1, 2, 3, dan harapan 1. Bagi pemenang nantinya akan mendapatkan hadiah uang pembinaan, piala, sertifikat, dan egrang untuk setiap timnya.
Setelah pertandingan yang sengit, akhirnya piala kemenangan berhasil diraih oleh Mulyorejo Club Tradisional (MCT) tim A sebagai juara 1, SDN Sidotopo Wetan 5 meraih juara 2, SDN Pegirian II menyabet juara 3, dan juara harapan 1 diraih SDN Hangtuah I, serta juara suporter terbaik yang diraih oleh MCT tim A. Sebagai acara puncak ditutup dengan pertunjukkan teater dari Teater Q yang membawakan cerita rakyat Malin Kundang.