Mohon tunggu...
Azwar Anas Siregar
Azwar Anas Siregar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Baik aja

ganteng dan baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Ide dan Konsep Jokowi Mencapres?

5 Februari 2014   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sumber foto rmol.com Saya sering di hujat karena mempertanyakan kelebihan Jokowi sebagai capres yang konon paling populer. Sebagai seorang anak bangsa,wajar kalau saya mempertanyakan kelebihan seorang calon pemimpin yang nantinya di harapkan bisa membawa perubahan dan kemajuan negara ini. Selama ini kita sudah seringkali salah memilih presiden,akibatnya negara ini makin terpuruk. Presiden yang terpilih "hanya" karena popularitas semata ternyata gagal membawa kemakmuran bagi rakyat jelata. Kita tentu saja belum lupa,bagaimana populernya SBY ketika mencapres pada 2004 serta 2009 silam. Beruntunglah,pada priode pertama SBY, beliau didampingi Pak JK sebagai wapres.  Sebagai seorang wapres,Pak JK kala itu bertindak sangat cepat dan tegas mengatasi persoalan carut-marutnya bangsa ini,mulai dari konversi minyak tanah ke gas  sampai menaikkan harga BBM yang kala itu hampir mengkolapskan keuangan negara. Tindakan Pak JK kala itu jauh dari pencitraan diri, ketika menaikkan harga minyak yang artinya berhadapan langsung dengan kemarahan masyarakat,beliu langsung mengumumkannya sendiri dan giliran mengumumkan harga minyak turun yang artinya dianggap pahlawan oleh masyarakat, yang mengumumkannya bukan Pak JK,tapi Dia Yang Semua Orang Tahu. Sayang pada Pemilu 2009, masyarakat lebih condong memilih presiden yang populer,padahal karena pencitraan media dan kebijakan-kebijakan yang kelihatan populis seperti pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang masyarakat anggap pemberian sedekah secara pribadi dan cuma-cuma padahal hakikatnya diambil dari kebijakan kenaikan harga BBM,dan pada akhirnya Sang presiden minus konsep untuk membangun bangsa ini. Sekarang fenomena Jokowi yang mencuat dan mengingatkan akan sinetron jadul Pemilu 2004 dan 2009. Jokowi sang superstar yang dianggap capres paling populer. Padahal sampai sekarang,kita belum tahu apa ide dan konsep Jokowi dalam membangun bangsa ini kalau nanti jadi capres. Apakah blusukan akan bisa mengatasi persoalan bangsa ini? Kalau blusukan dianggap poin sangat penting untuk mencapreskan Jokowi, saya pikir Bang Lubis tetangga saya yang berprofesi sebagai tukang becak jauh lebih layak,karena blusukannya langsung ke gang-gang sempit di putaran Suka Ramai-Medan,bahkan info inflasi pasar dan penderitaan rakyat yang di dapatkan Bang Lubis secara langsung lebih sahih,karena sumbernya adalah ibu-ibu langganan becaknya yang akan bercerita tanpa di minta,bagaimana harga cabe naik 100 persen gara-gara Sinabung selalu erupsi. Bahkan harga telur ayam ikut naik 80 %,walaupun peternak telur tidak terkena dampak erupsi Sinabung,tapi karena peternak ayamnya suka makan pedas-pedas jadi biaya sehari-hari ikut naik dan harga telur terpaksa disesuaikan juga. Selain blusukan, saya hanya membaca sosok Jokowi sebagai Rock lovers. Tentu saya yakin bukan ini poin yang membuat Jokowi di puja oleh Jokowi-mania. Tapi kalau ini poin yang membuat Jokowi menhadi capres populer,saya yakin Bang Haji jauh lebih capable, Sebagai Raja Dangdut,tentu Jokowi yang hanya rock lovers bukan lawan tandingan Bang Haji sebagai Raja Dangdut. Bagi Jokowi Lovers, saya ingin tahu, apa konsep dan ide Jokowi untuk membangung bangsa ini? Saya belum pernah mendengar sama sekali ide brilian atau konsep Jokowi untuk mencapres. Pastinya yang saya dengar adalah 2 hal diatas,selain itu cuma mobil esemka yang menjadi batu loncatan Jokowi untuk populer tapi sekarang tinggal besi berkarat dan tidak terdengar lagi beritanya. Jokowi yang pernah hampir dua priode jadi walikota Solo, tapi tingkat pembangunan dan kesejahteraan rakyat masa kepemimpinan Jokowi juga biasa-biasa saja. Ketika Jokowi meninggalkan Solo sebelum habis masa pengabdiannya dengan alasan,Jakarta lebih membutuhkannya, ternyata kiprah Jokowi untuk mengatasi permasalahan kebanjiran dan macet Jakarta juga nol besar. Banjir masih tetap mengancam Jakarta,padahal foto pencitraan Jokowi yang masuk got memenuhi semua halaman koran. Parahnya, sampai sekarang belum ada ide atau konsep Jokowi untuk mengatasi banjir Jakarta, Jokowi malah sibuk melempar kesalahan pada Gubernur sebelum dia (padahal dia sendiri yang mau jadi gubernur), sibuk menyalahkan masyarakatnya yang buang sampah sembarangan (kalau masyarakat Jakarta tertib membuang sampah,dari dulu Jakarta pasti tidak ada masalah),sibuk menyalahkan Pejabat Daerah Tetangga,sibuk membagikan buku tulis untuk korban banjir,sibuk menyalahkan Kementerian PU,bahkan pendukunya sibuk menyalahkan Tuhan yang menurunkan Hujan. Tapi yang pasti,kesibukan-kesibukan Jokowi diatas tidak ada satupun yang merupakan ide dan konsep untuk mengatasi permasalahan Jakarta. Kalau mengatasi Jakarta saja tidak sanggup,bagaimana mau mengatasi permasalahan bangsa ini. Kalau ide dan konsep membenahi Jakarta saja tidak punya, bagaimana dengan ide dan konsep membangun Indonesia? Paling fair, kalau Jokowi memang mau mencapres,berikan kepada rakyat apa konsep yang dipunyai Jokowi. Popularitas semata tidak akan membawa bangsa ini kemana-mana kecuali penyesalan dan hujatan untuk 5 tahun kedepan. Saatnya memilih capres dari visi dan misi,bukan karena faktor popularitas hasil polesan media! Sekarang Jokowi di dorong-dorong untuk menjadi capres padahal memimpin Jakarta saja amburadul, ada apa dengan bangsa ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun