Sebagian warga eks konflik Aceh berkumpul dalam suatu pertemuan rutin di areal kebun karet Barak Induk, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Foto direkam Tim LSM LembAHtari, Kamis (9/6) ketika warga membahas rencana penggusuran yang akan dilakukan pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB-TNGL) yang direncanakan Senin (13/6).
Ini adalah tajuk berita dari website komisi kepolisian Indonesia.Di sana juga di sebutkan setelah kurang lebih 11 tahun menetap ditng daerah tersebut setelah mengungsi dari aceh akibat konflik antara Pemerintah dan GAM,masyarakat ex pengungsi sudah mulai maju,bahkan pendapatan perkapitanya sudah di atas rata-rata ( http://www.komisikepolisianindonesia.com/main.php?page=aneka&id=4820).Kita sepakat bahwa kelestarian lingkungan harus di jaga dan di pelihara,tetapi terlepas dari itu semua,termasuk siapa yang salah dan siapa yang benar,yang jelas meraka adalah bagian dari rakyat dan negeri ini yang harus di lindungi oleh negara.Ketika negara gagal melindungi kepentingan mereka di saat konflik aceh,dan mereka tidak membebani negara dengan mencari penghidupan sendiri,apakah layak negara mempersulit keadaan rakyatnya yang sudah mau berdikari.solusi untuk masalah tersebut pasti ada tanpa harus mengusir paksa,sejak jaman nenek moyang kita dahulu,manusia dan habitat hutan sudah biasa hidup damai berdampingan.Sekarang yang harus di pikirkan adalah adanya aturan yang jelas agar idak meluasnya perambahan hutan dan terganggunya ekosistem di TNGL.Bila Harimau saja di berikan wilayah dan di lindungi kepentingannya di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL),mengapa ex pengsungsi yang merupakan manusia harus di gusur secara paksa dari TNGL.Apakah untuk "prikebinatangan" kita harus melupakan "prikemanusiaan".
