Di tengah-tengah Pameran Pendidikan Islam Internasional 2017 di ICE BSD Serpong, mata saya tertuju pada stand Pesantren Modern Khusus Putri Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang. Karena merasa ada ikatan emosional, saya langsung menuju stand pondok pesantren yang didirikan Rahmah El Yunusiyyah pada tahun 1923 itu.
Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang terletak di kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Diniyyah Putri Padang Panjang adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki sejarah panjang di Minangkabau khususnya, di Indonesia pada umumnya. Diniyyah Putri Padang Panjang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyyah yang merupakan salah satu tokoh utama pendukung Sumpah Pemuda tahun 1928. Diniyyah Putri pernah menjadi tempat penyatu tokoh-tokoh pejuang dan tokoh pemuda Islam di masa perjuangan kemerdekaan.
Selain itu Rahmah El Yunusiyyah sendiri  adalah pendiri Batalyon Marapi yang menjadi cikal bakal Tentara Keamanan Rakyat yang sekarang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Rahmah El Yunusiyyah mengorbankan uang dan perhiasan untuk pembentukan Batalyon Marapi tersebut. Perguruan Diniyyah Putri pada masa perjuangan juga pernah menjadi dapur umum bagi pejuang kemerdekaan. Waktu itu santri-santri juga banyak yang menjadi tenaga palang merah untuk membantu pejuang korban perang.
Romi, Humas Diniyah Putri Padang Panjang itu menyambut saya dengan ramah. Awalnya aktivis Muhammadiyah itu bicara dengan bahasa Indonesia, namun saya langsung bicara dengan bahasa Minang berdiskusi dengannya. Beberapa saat kemudian, kami terlibat pembicaraan tentang Diniyah Putri Padang Panjang itu.
"Diniyah Putri Padang Panjang adalah aset umat Islam, pesantren ini merupakan pesantren khusus putri pertama di Asia," jelas Romi ketika diwawancarai di ICE BSD, Rabu 23 November 2017.
Saya paham, dan sebenarnya sebelum pembicaraan itu saya juga sudah pernah mendengar cerita-cerita seputar Diniyah Putri Padang Panjang.
Tentang peran Diniyah Putri, saya sudah tidak ragu lagi, karena banyak tokoh-tokoh perempuan hebat di Indonesia yang lahir dari rahim Diniyah Putri Padang Panjang ini.
"Hajjah Rangkayo Rasuna Said pahlawan nasional Republik Indonesia, Aisyah Amini tokoh politik perempuan Indonesia, Aisyah Ghani tokoh pergerakan perempuan di Malaysia, Emma Yohana senator Sumatera Barat, dan Nurhayati Subakat pengusaha perempuan Indonesia, merupakan beberapa nama alumni Diniyah Putri," ucap Romi.
Diniyah Putri Padang Panjang, sebagai lembaga pendidikan khusus putri yang hampir berusia 100 tahun itu tentunya dari sisi kurikulum pendidikan sudah mapan. Menurut Romi, Diniyah Putri Padang Panjang menggunakan Kurikulum Quba. Quba merupakan kurikulum integrasi yang diterapkan oleh Diniyyah Putri Padang Panjang.
Kurikulum ini berakar pada Al Quran dan Sunnah. Artinya Otak (brain) dipimpin oleh Al Quran dan Sunnah, sehingga hasilnya terlihat pada attitude peserta didik. Kurikulum ini merupakan pengembangan Kurikulum 2013 dan dipadukan dengan Kurikulum Pendidikan di Jepang dan Finlandia. Inti kurikulum ini adalah pembentukan karakter selama 24 jam sehari. Dengan kurikulum khusus ini, Diniyah Putri Padang Panjang sudah diakui oleh dunia pendidikan di Indonesia, bahkan di luar negeri.
Saat ini Diniyyah Putri Padang Panjang dipimpin oleh Fauziah Fauzan El Muhammady (2006 sd sekarang), sebelum itu dipimpin oleh Zikra (1996 sd 2006), Husainah Nurdin (1990 sd 1996), Isnaniah Saleh (1969 sd 1996) dan Rahmah El Yunusiyyah (1923 sd 1969). (asm)