Ia datang dari desa, ingin kuliah ke kota. Ia sudah diterima di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Cuma sayangnya dia tidak punya cukup uang untuk membayar uang kuliah. Karena panik tidak bisa kuliah, padahal dia sudah jauh-jauh datang dari desa, Si Buyung memutar otaknya.
Dia ingat dulu ketika pemilu ada Calon Anggota DPR datang ke kampungnya. Ia sempat diberi kartu nama. Si Buyung mendatangi gedung DPR. Setelah shalat shubuh dia sudah pergi dari tempat kosnya di Depok. Ia berbondong-bondong naik KRL berdempet-dempet seperti ikan sarden.
Sebelum siang sempurna, ia sudah sampai di Senayan. Tempat pertama yang dia cari adalah kamar mandi. Ia harus mengganti pakaian, karena selama di KRL badannya sudah penuh dengan keringat. Untung ada masjid yang megah di lingkungan gedung itu. Ia numpang mandi di kamar mandi masjid dan kemudian berganti pakaian.
"Hmm.., niatmu kan baik, ingin kuliah, tapi mengapa sekarang ada di penjara?" tanya Si Dullah setelah beberapa saat mendengar cerita Si Buyung.
"Singkat cerita aku berhasil bertemu bapak yang dulu pernah ke kampungku," jawab Si Buyung.
Katanya dia lihat pintu ruangannya itu sedikit terbuka. Ia tanya pegawai di depan.
"Bapak ada?" tanya Si Buyung.
"Ada..., sebentar," kata pegawai itu. Kemudian dia masuk ke ruangan utama, tidak beberapa lama keluar lagi.
"Bapak tidak ada," jawab pegawai yang tampil necis itu.
Si Buyung tentu saja bingung. Tadi katanya ada, sekarang belum sampai satu jam sudah tidak ada. Si Buyung menunggu di depan ruangan anggota dewan yang terhormat itu. Dari dalam terdengar suara tawa beberapa orang sedang bicara.
Si Buyung masuk menyelonong ke ruangan itu. Pegawai yang tadi menjawab "Bapak tidak ada," tidak sempat mencegah Si Buyung masuk karena ia sibuk main facebook.