Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosiologi: Ulasan Pendahuluan dan Para Pemikir Kunci

7 September 2019   20:08 Diperbarui: 7 September 2019   20:18 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumbangan kajian ilmiah Sosiologi terbukti mampu membentuk tatanan masyarakat yang terencana. Banyak perubahan tatanan sosial yang diperjuangkan oleh gerakan masyarakat dipicu oleh kesadaran kolektif hasil kajian mendalam disiplin ilmu ini. Karl Marx sendiri percaya bahwa tujuan ultim dari sebuah refleksi filosofis adalah membawa perubahan signifikan bagi kehidupan sosial; tidak cukup hanya dengan menjabarkan peristiwa yang terjadi.

Emile Durkheim pun mampu memenangkan kepercayaan komunitas ilmiah untuk menerima Sosiologi sebagai disiplin ilmu akademik. Pencapaian itu tidaklah mudah sebab ia harus membuktikan objektivitas kajiannya yang ia tunjukkan melalui polemik politis pasca revolusi Perancis. Sehingga Sosiologi tidak hanya semakin percaya diri dengan mengadopsi pendekatan interpretif namun juga mampu menjadi perangkat bagi suatu bentuk reformasi sosial.

Dalam perkembangannya, kajian sosiologis juga menyasar karakter dasar kekuasaan yang mengikat masyarakat serta dampaknya pada individu. Michael Foucault, Sosiolog bermazhab Marxist ini tertantang untuk mengungkap kekuasaan yang dimiliki oleh institusi sosial dalam membentuk sikap dan perilaku individu. Baginya, individu tidak hanya mesti memahami perannya namun juga harus menyiapkan diri untuk membendung kuasa yang membatasi hak-hak dasarnya.

Sosiologi yang awalnya hanya mengkaji struktur dan sistem interaksi sosial masyarakat, daya yang membentuk kohesi sosial, serta penyebab kekacauan masyarakat kini mulai menguji aspek-aspek yang melandasi hubungan individu dalam komunitas sosialnya. Pendekatan kajian sosial, oleh para Sosiolog, terbagi atas fokus pada masyarakat dan institusi penopangnya (makro) dan fokus pada pengalaman hidup individu di dalam komunitasnya (mikro).

Seperti disinggung sebelumnya, kajian sosiologis ditujukan untuk perubahan signifikan dalam masyarakat. Sejauh ini, pencapaian signifikan seperti semakin sadarnya masyarakat akan bias gender dan perilaku rasisme yang digaungkan oleh gerakan pemenuhan hak asasi manusia serta gerakan feminisme terbukti mampu membuat kehidupan sosial lebih solid dan mutual. Selain itu, teori-teori yang dilahirkan oleh kajian sosial turut membentuk konsep kita terhadap seksualitas dan kehidupan berkeluarga.

Tentunya, di era masyarakat global yang interaksi sosialnya lebih kompleks dengan pesatnya inovasi teknologi dan revolusi industri menjadikan posisi Sosiologi semakin absah. Internet dan komputerisasi menjadikan proses otomatisasi semakin mungkin di tengah membludaknya konsumsi masyarakat modern. 

Hal-hal itu tentu berperan dalam membentuk pola interaksi masyarakat kita hari ini. Perkembangan perangkat dan layanan komunikasi, di sisi lain, semakin memangkas jarak untuk kepentingan berinteraksi.

Fenomena globalisasi ini pun tidak luput dari perhatian para Sosiolog. Mereka pun berusaha menjelaskan pentingnya identitas budaya dan bangsa dalam kerangka interaksi global. Terutama bagi komunitas kecil yang berupaya melestarikan warisan kearifan lokalnya sebagai basis identitas mereka. Interaksi masyarakat global pun menemukan ruang baru yakni media sosial yang mampu menyatukan masing-masing individu dengan latar belakang berbeda untuk mengangkat agenda serta kepentingan mereka.

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi sebagai disiplin ilmu baru dimulai di abad 20 meski benih-benih kajiannya sudah lama menjadi perhatian para filsuf dan sejarawan. Ibnu Khaldun, intelektual muslim di abad 14, menjadi salah seorang perintis kajian sosial yang konsep-konsep bahasannya baru mendapat sambutan setelah revolusi industri di abad 18. Abad itu menandai konsep modernitas yang menandai merebaknya industrialisasi di segala bidang dan munculnya kapitalisme.

Sekitar tahun 1370an, Ibnu Khaldun menulis tentang ashabiyyah; sebuah konsep tentang solidaritas yang digali dari peradaban Arab dan menjadi salah satu perhatian kitab Muqaddimah-nya. Konsep itu berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh sebuah komunitas untuk menegaskan karakter dan identitas. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai perekat ikatan sosial (social cohesion) yang membuat tiap-tiap individu di sebuah komunitas memiliki tanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun