Alfred Jules Ayer menawarkan sebuah simpulan dalam Language, Truth, and Logic-nya yang menyebutkan bahwa seluruh pernyataan yang dapat diverifikasi, baik benar maupun salah, itu dapat dipahami.
Sebaliknya, baik sains, agama, maupun filsafat jika tidak dapat diverifikasi maka pernyataannya dianggap tidak masuk akal. Termasuk etika yang hanya dapat diuji melalui perilaku emosional yang ditunjukkannya. Ayer meyakini bahwa sebuah fakta mesti dipersepsi melalui data empirik yang menjadi penopangnya.
Ayer mengajukan pendekatan fenomenalisme dalam analisis pernyataan yang diajukan sebagai simpulan ilmiah. Menurut pendekatan ini, objek material yang dirujuk oleh sebuah kalimat dikonstruksikan sedemikian rupa sebatas informasi yang diperoleh lewat pencerapan inderawi kita.Â
Sebuah fakta, dengan demikian, dinyatakan secara hipotetik bergantung pada kondisi dan pengalaman seseorang ketika menemui fakta itu secara langsung. Namun persepsi orang itu terhadap fakta yang ditemuinya telah dibentuk oleh pernyataan yang ia peroleh sebelumnya.
Karl Popper lalu mengajukan kritik terhadap metode verifikasi melalui Logic of Scientific Discovery-nya dengan menyatakan bahwa metode itu juga menyisipkan masalah.
Menurutnya, banyaknya jumlah pengamatan yang dilakukan tidak menjamin keabsahan suatu teori. Sebab jika ada satu kasus yang menyangkal temuan dari seluruh pengamatan itu maka teori yang diajukannya mesti pula ditolak.
Popper menawarkan syarat falsifikasi sebagai kritik terhadap metode verifikasi.Â
Syarat ini berlandaskan pada simpulan bahwa jika suatu teori tidak dapat disangkal (tidak bisa ditunjukkan kesalahannya) oleh suatu kejadian atau peristiwa apapun dalam artian mengabaikan kasus yang ada termasuk yang belum diketahui atau didokumentasikan maka teori itu dianggap tidak dapat dikategorikan sebagai ilmiah.
Falsifikasi ini, oleh Popper, bukanlah metode namun merupakan suatu bentuk pengujian yang membedakan antara mana yang benar-benar ilmiah dan mana yang hanya nampak sebagai sesuatu yang ilmiah padahal hakikatnya tidak.Â
Ayer mengaku bahwa gerakan yang diinisiasi oleh Lingkaran Wina sebenarnya terinspirasi oleh teori mekanika kuantum Schrdinger dan terutama teori relativitas Einstein yang mengkritik kemapanan teori gravitasi Newton yang sudah bertahan sejak lama.
Gebrakan ini, dalam perkembangannya, akhirnya mampu melahirkan konsep-konsep yang beberapa di antaranya bahkan sudah dieksplorasi secara mendalam.