'Assalamualaikum, Apa Kabar Jack,' sapa Mang Doel pagi itu. 'Walaikumsalam, insyallah hari ini baik selalu,' jawab Jack sambil mengulurkan tangannya. 'Aku sudah lama engga ngobrol lagi sama Jack,' Mang Doel mulai percakapan mereka. 'Oh, ya.. ya' 'Tapi engga ganggu khan ?' tanya Mang Doel memastikan temannya ini tidak sibuk dan mau berbagi waktu. 'Akh.. engga la, khan masih pagi dan lagi jam segini baru kita yang datang,' jawabnya menyakinkan Mang Doel. 'Gini, memang aku salah engga ngobrol lagi aku kekamu. Kemarin aku habis dari pengadilan mengurus perceraianku ...' Mang Doel terdiam sejenak, Jack menatap Mang Doel menunggu kata-kata selanjutnya dari mulut temannya ini. Dia teringat kembali pembicaraan yang beberapa waktu lalu disaat mang Doel mencurahkan hatinya tentang keluarga. Waktu itu dia tidak bertanya lebih dalam mengapa mang Doel mau bercerita kepadanya soal ini, namun sudahlah dipikir setidaknya temannya ini punya tempat bisa ngobrol dari hati ke hati. Soal pengalaman berumah tangga setidaknya mang Doel sudah makan asam garam, anak sudah berbesar dan siap berumah tangga juga. 'aku engga tau lagi Jack, apa yang mesti perbuat sama istri dan anak-anakku,'Kata mang Doel waktu itu memulai pembicaraan,'aku sudah nasehati ke dia, jangan begitu masak tetangga lewat dimarahi malah sampai lari dan rumahnya masih juga dilempar. Kasihan Anakku yang paling besar sudah engga pernah betah dirumah, yang kecil pulang sekolah langsung masuk kamar...berani keluar kamar jika aku sudah pulang.' Dia engga ngerti soal ilmu kejiwaan, ilmu gaib atau ilmu kedokteran, apalagi ilmu agama yang masih cetek. Akh soal agama mang Doel lebih tahu yang saban bulan ikut kegiatan pengajian atau dakwa. katanya ngaji kuping. Ia hanya bisa mensupport ke mang Doel untuk coba bersabar, memberikan pengertian ke anak-anak bahwa Ibu lagi sakit sedang depresi berat. Ia hanya bisa kasih masuk untuk coba konsultasi ke Psikiater dan tidak menutup kemungkinan ke Orang Pinter karena pikirnya segala jaln mesti ditempuh apalagi sebagian orang masih percaya akan hal ghaib. "Jadi Jack, aku sudah nyerah buat apa mempertahankan rumah tanggaku jika anak-anakku menderita, entar anakku ikut-ikutan juga kayak ibunya,' kata mang Doel kembali bicaraa. 'Apa sudah dipikirin mang, tanggapan mertua mang gimana?' 'Sudah, engga ada solusi cuman bisa ngomong, lho gimana dengan anak saya siapa yang merawatnya?, jawabku itu urusan Bapak. saya udah kesana kemari buat anak Bapak. Inikan anak Bapak sudah sepantasnya saya kembalian ke Bapak.' 'Apakah sudah coba tinggal dulu sama Mertua dulu ?' tanya Jack,' Soalnya agar Mang tidak disalahkan bahwa kenyataan Anaknya sudah tidak sulit disembuhkan atau tidak mau berubah'. 'Sudah Jack, itu sudah dilakukan mertuaku tidak mau nerima istriku tinggal sementara dirumahnya.' 'Lho.. kok gitu' 'Gobloknya gitu, kucoba titipin dulu dirumah siapa tahu ada suasana baru dan anak-anak dirumah juga tenang.' 'Sekarang gimana mang, dirumah gimana terutama anak-anak soal keputusan mang. Bukan apa-apa kalau prinsip saya dan saya pegang bahwa kalau sudah berumah tangga kita harus ambil resiko : manis dan pahitnya kita jalan bareng. Dan ku pikir perceraian tetap akan berdampak buruk ke anak. Saya lihat Anak lho. Anak butuh orang sebagai panutan sebagai contoh buat dia hidup kedepan kelak. Disini bukan soal Cinta lagi tetapi kasih sayang.' 'Akh..' Mang Doel mengelah nafasnya,' aku ngerti arah pembicaraan Jack, semua ini buat anak. aku sudah tanya keanak yang besar, Gimana Lis dengan keputusan Bapak? dia jawab terserah Bapak dan ini lebih baik tapi Lis engga mau ini cuman alasan untu Bapak kawin lagi. Aku jawab engga Lis, pokoknya kamu mesti nikah dulu dan rumah ini Bapak akan jual kita bagi untuk ibu kamu dan ibu kita, kita cari rumah lagi. Aduh Jack denger ngomongku gitu anakku sudah senang tahu sendiri sudah lama dia maksa minta kawin sama laki-laki yang aku ceritakan tempo lalu.' 'Kalau anak kecil gimana Mang ?' tanya Jack. 'Dia sih, yang membuat aku bisa bertahan walaupun paling kecil tapi pikiran dewasa banget. katanya Dede ngerti kalau itu buat kebaikkan Bapak, Teteh dan Dede. Dede sudah seneng.' 'Ya..., Syukur kalau anak-anak sudah ngerti. Saya engga membenarkan Mang Doel Lho, yang saya lihat Anak-anak. karena yang namanya perceraian itu setidak anak akan menerima baik atau buruk lebih banyak. Tidak ada bekas Ibu, Bekas Bapak, bekas anak. Yang ada bekas suami atau bekas Istri.' 'Iya jack.. terima kasih dan setidak-tidak aku sudah cerita dan mendapatan masukan dari kamu,' kata Mang Doe. 'Iya, maaf engga bisa kasih masuk lebih jauh lagi karena mang sudah ambil keputusan. kapan sidang selanjutnya' 'Minggu depan, Jack. Ok Jack, aku pamit dulu. Sudah banyak yg datang.' Mang Doel meninggalkan Jack diruangan kerjanya. Ia cuman bisa berpikir seandainya menerima cobaan seperti ini apakah dia akan seperti mang Doel yang berakhir dengan perceraian atau bertahan dengan sebuah komitmen. Akh.. Iak ingat cerita dari Dede Farhan Aulawi 'arti sebuah kesetiaan'; dimana seorang istri yang mengurus, merawat, dan mendampingi suami selama ini hanya dia. Dia telah mengorbankan segalanya demi suami. Kerjaanpun dia tinggalkan, karena ingin mendampingi suami sampai kapanpun. Dia sudah melayaninya dengan sangat baik. Sejarah hidupnya diisi oleh lembaran pengabdian dan pelayanan. Tidak nampak sedikitpun mimik kemarahan, kekecewaan, dendam, ataupun keterpaksaan. Sebuah ilustrasi pengabdian dan kesetiaan yang nyaris paripurna. atau seperti kisahk Suyatno yang 25 tahun merawat Istri sakit, anak-anak mendukung nya untuk menikah lagi, Pak kami ingin Sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu TidakAda sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak.bahkan bapak Tidak ijinkan kami menjaga ibu". Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka." Anak2ku Jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu Mungkin bapak Akan menikah, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu Sudah lebih dari cukup, dia telah Melahirkan kalian".. Sejenak Kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia Ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan Apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya Seperti Ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak Bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang". Kalian Menginginkan bapak yg masih diberi Allah kesehatan dirawat oleh orang Lain bagaimana dengan ibumu yg masih sakit. Sejenak meledaklah tangis Anak-anak Pak suyatno merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk Mata ibu suyatno..dengan pilu ditatapnya Mata suami yg sangat Dicintainya itu..' Tuhan kuatkan aku agar bersama Istri dan anakku kami dayung sampan ini dengan baik, aku tahu tuhan sampan ini pasti akan terima riak-riak yg setidak membikin oleng. Berikan kami rasa memiliki agar sampan ini dapat kami dayung sampai keseberang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H