Mohon tunggu...
Azwa Ajengningtyas
Azwa Ajengningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi PIPS UIN JKT

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan Dalam Proses Perkembangan

7 November 2024   10:00 Diperbarui: 7 November 2024   10:06 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses perkembangan individu merupakan fenomena kompleks yang memerlukan interaksi dari berbagai faktor, entah itu dari faktor internal maupun eksternal. Studi perkembangan dan psikologi sering kali membahas dua faktor utama yang mempengaruhi proses perkembangan individu, yaitu faktor lingkungan dan hereditas atau keturunan.


Terdapat tiga pendekatan utama yang menawarkan pandangan berbeda mengenai bagaimana faktor-faktor berperan dalam perkembangan manusia.
Ketiga teori itu adalah sebagai berikut :
1. Teori Empirisme, pertama kali dicetuskan oleh Francis Bacon (1531-1626) yang kemudian dikembangkan oleh beberapa tokoh seperti Thomas Hobbes, John Locke dan Berkeley. Locke memberi istilah Tabula Rasa yang berarti isi kejiwaan anak ketika dilahirkan diibaratkan secarik kertas kosong, dimana corak dan bentuk kertas ini sangat ditentukan bagaimana kertas ini ditulisi.Empirisme adalah suatu aliran filsafat yang memberikan tekanan pada pengalaman sebagai pengetahuan. Menurut Teori Emprisme pengalaman menawarkan pengetahuan yang tepat dan langsung tentang benda-benda yang diamati. Dalam teori ini, perkembangan seorang anak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan, faktor bawaan dari orang tua (genetik) tidak dipentingkan. Pengalaman
diperoleh anak melalui hubungannya dengan lingkungan sosial, alam, dan budaya. Kelemahan Teori Empirisme adalah keterbatasan Indra Manusia, karena dalam teori ini sangat bergantung pada pengalaman yang di peroleh melalui indra manusia. Selain itu, empirisme hanya mementingkan perasaan dan pengalaman individu bersifat subjektif, artinya interpretasi dan persepsi setiap orang yang berbeda-beda mengakibatkan pengetahuan yang dihasilkan dari pengalaman menjadi relatif tidak konsisten.

2. Teori Nativisme, digagas oleh Schopenhauer dari Jerman (1788-1860), Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing pembawaan anak itu ada yang baik dan ada yang buruk. Faktor lingkungan termasuk pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian maka aliran ini melihat bahwa segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, sehingga perkembangan seseorang ditentukan oleh faktor hereditas atau keturunan.
Dalam teori ini, faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil Pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dalam teori nativisme ; adalah faktor gentik (faktor gen kedua orang tua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri anak, ex; jika orang tua pandai maka anak akan pandai juga), faktor kemampuan anak, dan faktor pertumbuhan anak yang mendorong anak mengetahui bakat dan minat di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami. Adapun Kelebihan Teori Nativisme diantaranya adalah Dapat menonjolkan bakat yang manusia miliki, mendorong perkembangan potensi diri manusia, dll. Sedangkan kekurangan Teori Nativisme diantaranya adalah Pandangan negative dari teori ini adalah seolah-olahmanusia memiliki sifat-sifat sulit diubah karena sifat-sifat turunan telah
melekat padanya sejak lahir.

3. Teori Konvergensi, Teori Konvergensi pertama kali dipelopori oleh William Stern (1871-1939) yang merupakan seorang ahli pendidikan dari Jerman. Teori Konvergensi merupakan perpaduan antara teori Empirisme dan teori Nativisme. Berdasarkan proses perkembangannya manusia selalu ditentukan oleh perpaduan pengaruh dari faktor pembawaan (kemampuan dasar) dan faktor lingkungan sekitar, baik yang disengaja (seperti pendidikan) maupun yang tidak disengaja seperti pergaulan dan lingkungan alam.

Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan individu dalam aspek fisik, kognitif, emosional, dan sosial.
A. Pengaruh Hereditas, terdapat aspek fisik (menentukan karakteristik fisik), aspek kognitif (mempengaruhi kemampuan intelektual.), aspek emosional, dan aspek sosial (mempengaruhi kemampuan sosial, seperti temperamen dan kepribadian)


B. Pengaruh Lingkungan, terdapat aspek fisik (lingkungan, seperti nutrisi dan aktivitas fisik), aspek kognitif (pendidikan dan stimulasi mental di lingkungan sekitar, seperti interaksi dengan orang tua dan guru, sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif) aspek emosional, interaksi sosial di lingkungan (seperti di sekolah dan komunitas, membentuk kemampuan sosial individu)
Faktor hereditas menurut Ki Hajar Dewantara 

- Pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya seperti susunan urat syaraf, tulang-tulang, otot-otot dan lain sebagainya.
- Pembawaan kejiwaan, misalnya seperti pembawaan kecerdasan, tinggirendahnya IQ, potensi khusus yang dapat dikembangkan
Perkembangan individu sering kali merupakan hasil interaksi antara faktor hereditas dan lingkungan. Misalnya, seorang anak mungkin memiliki gen untuk kecerdasan tinggi, tetapi jika ia tumbuh di lingkungan yang tidak mendukung pendidikan, potensi tersebut tidak akan terwujud sepenuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun