Indonesia semakin hari semakin menampakkan wajah suramnya. Angka kemiskinan yang kian meningkat, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang tak kunjung memadai, kriminalitas yang semakin sering terjadi ditengah masyarakat, serta hukum yang semakin tak berpihak pada rakyat semakin meyakinkan kita bahwa Indonesia sedang dilanda krisis multidimensi.Belum lagi kasus korupsi yang semakin merajalela dikalangan petinggi negeri ini, sementara rakyat kecil kembali terabaikan.
Keadaan ini semakin diperparah dengan generasi muda bangsa yang sudah memilih tidak peduli. Biaya pendidikan yang mahal serta tuntutan SKS yang padat membuat para mahasiswa hanya mementingkan akademis semata. Cepat lulus dengan nilai bagus menjadi pilihan utama agar mereka segera mendapatkan pekerjaan yang diharapkan mampu memperbaiki nasib. Selain itu, mereka juga amat memperhatikan dan mementingkan gaya hidup serba bebas yang sedang menjadi trend saat ini. Walhasil, sosok generasi cemerlang yang memiliki kepedulian pada nasib negerinya, sangat sulit ditemukan.
Kondisi seperti ini semakin meyakinkan kita bahwa Indonesia butuh perubahan. Saat ini masih banyak pihak berharap pada hasil pemilu 2014 nanti. Masih banyak pihak berharap bahwa salah satu dari calon-calon pemimpin yang diusung benar-benar mampu memperbaiki keadaan. Tahun yang dinamakan tahun politik ini sangat diharapkan mampu membawa perubahan besar bagi Indonesia. Namun sesungguhnya perubahan seperti apakah yang diharapkan? Lima belas tahun sudah negeri ini mengusung reformasi, namun adakah perubahan seperti yang diharapkan itu terjadi? Lalu bagaimana seharusnya cara untuk menggulirkan perubahan?
Perubahan bisa berarti solusi. Indonesia butuh perubahan, berarti Indonesia butuh solusi atas segala permasalahan yang ada. Jika berbicara tentang solusi, maka kita harus paham betul akan masalahnya. Masalah yang terjadi di Indonesia bukan masalah biasa. Tidak bisa dikatakan masalah kecil. Karena masalah yang terjadi adalah masalah yang sangat kompleks. Satu masalah terhubung dengan masalah lainnya seperti mata rantai. Contoh kecil, karena biaya pendidikan mahal, banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Mereka tidak bersekolah karena mereka tidak mampu. Mereka tidak mampu karena tingkat perekonomian keluarga mereka rendah. Tingkat perekonomian keluarga mereka rendah karena tingkat pendidikan mereka juga rendah. Tingkat pendidikan mereka rendah karena biaya pendidikan mahal dan mereka tidak mampu.
Contoh diatas memperlihatkan pada kita bahwa masalah negeri ini hanya berputar disitu-situ saja. Masalah semacam inilah yang kemudian disebut sebagai masalah sistemik. Masalah sistemik yang demikian rumit ini tidak akan dapat diselesaikan dengan hanya perubahan pada satu sisi saja. Masalah sistemik, memerlukan perubahan sistemik pula. Perubahan sistem yang ada saat ini dengan sistem yang tentunya lebih baik. Pertanyaan selanjutnya, sistem seperti apakah yang mampu membawa perubahan bagi bangsa ini?
Banyak orang berpendapat bahwa demokrasi adalah satu-satunya sistem yang cocok untuk Indonesia yang kaya akan keanekaragaman. Sebagian orang juga mengatakan penerapan demokrasi di Indonesia masih belum sempurna sehingga tidak terjadi perubahan seperti yang diharapkan, Indonesia masih belajar, begitu kata mereka. namun kita sudah melihat bagaimana demokrasi diterapkan di negeri ini berpuluh-puluh tahun lamanya, apakan terjadi perubahan yang signifikan? Kita juga melihat bagaimana Amerika menerapkan demokrasi dan fakta kehancurannya. Lalu, akankah kita masih berharap pada sistem ini?
Sudahkah kita lupa bahwa sejarah mencatat ada sebuah tata kehidupan yang mampu bertahan selama tiga belas abad lamanya? Sistem yang mampu mengharmoniskan kehidupan ummat beragam agama sebuah negara. Sistem yang menyatukan dua pertiga dunia menjadi sebuah negara adidaya yang hebat. Sistem dengan kekuatan ideologi yang luar biasa. Berasal dari Dzat yang maha sempurna, Sang Khalik, yang pastinya tahu persis bagaimana caranya mengatur kehidupan bagi makhluk ciptaan-Nya. Lalu, masihkah kita berharap pada selain-Nya? Wallahua’lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H