Mohon tunggu...
Uwais Azufri
Uwais Azufri Mohon Tunggu... -

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Ojek yang Membawa Perdamaian di Kota Ambon

27 Agustus 2014   21:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:22 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_355673" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi: Kota Ambon/Kompasiana (Kompas Travel)"][/caption]

Komunitas ojek di Kota Ambon umumnya berasal dari ragam komunitas dari segi etnis, agama dan budaya. Dalam kerusuhan tahun 2011 di Kota Ambon, para tukang ojek dari dua komunitas (Muslim dan Kristen) merupakan objek yang rawan terprovokasi sehingga menjadi penyebab konflik menjadi besar dan meluas. Melihat hal tersebut, Yayasan Parakletos dengan niat yang tulus dan mengingkan Maluku, khususnya Kota Ambon damai dan sejahtera dirasa perlu melakukan pendekatan komunitas ojek di Kota Ambon agar dapat membantu program-program pemerintah dan menjadi agen-agen perdamaian guna meminmalisir konflik.

1409124642593052441
1409124642593052441

Akhirnya pada Sabtu malam, tanggal 23 Agustus 2014 merupakan malam yang indah buat para tukang ojek yang ada di Kota Ambon, Prov. Maluku. Bagaimana tidak dari café yang sederhana di sudut Kota Ambon yang bernama Tampayang Cafe-titik nol Kota Ambon, Veteran no. 16, menjadi saksi pertemuan dan diskusi kecil perwakilan komunitas ojek dari dua komunitas (Muslim dan Kristen) yang diselenggarakan oleh Yayasan Parakletos.

Diskusi yang bertema bertema ‘’Baku Gandeng For Ambon Bersih, Damai dan Tentram’’, dihadiri sekitar 95 orang dari perwakilan 146 titik ojek Kota Ambon dan dari 3.000 orang tukang ojek di Kota Ambon. Para tukang ojek dari dua komunitas tersebut mengikuti dengan serius dan penuh interaktif.

Diskusi ini dimaksudkan agar dapat mengidentifkasi sekaligus mengadvokasi berbagai masalah baik dari segi internal maupun eksternal yang kesehariannya telah komunitas ojek ini jumpai di Kota Ambon, serta bagaimana peran dari komunitas ojek ini untuk dapat menciptakan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan bahkan kelestarian lingkungan bagi sesama di kota Ambon, menguraikan dengan detail peran dari komunitas ojek untuk dapat menciptakan gerakan kebersihan, kenyamanan, keamanan, kedamaian serta kesejahteraan bahkan kelestarian lingkungan bagi sesama di Kota Ambon, memetakan peran dan fungsi strategis komunitas ojek di kota Ambon terhadap program pemerintah dan masyarakat dan menjadikan komunitas ojek di Kota Ambon sebagai inisiator perdamaian utama apabila terjadi konflik antar komunitas atau antar desa. Hal ini dapat dilihat melalui upaya menawaran jasa ojek mereka bagi sesama di Kota Ambon.

Pembicara dalam diskusi tersebut ialah Rudi Fofid seorang wartawan senior Suara Maluku menyampaikan materi diskusi bertema ‘’Hidupku di Atas Ojek’’. Dalam diskusi tersebut, Rudi Fofid menyampaikan, ‘’istilah ojek yang dapat diartikan sebagai wahana alternatif yang diselenggarakan oleh orang per orang secara informal untuk mengantar orang dan atau barang kesuatu tujuan tertentu sebagai pelengkap atau pengganti wahana mainstream. Contoh wahana mainstream yakni pesawat terbang, helikopter, kereta api, bus, kapal laut, dll.

Lanjut Rudi F yang juga seniman senior Maluku mengatakan, ‘’profesi tukang ojek memiliki peranan strategis yang dibutuhkan pemerintah dan menjadi kebanggan masyarakat. Contoh menjadikan pangkalan ojek sebagai tempat yang nyaman dan aman bagi penumpang dengan menjaga kebersihan dan ketertiban. Hal tersebut, dapat membantu program pemerintah dalam bidang kebersihan dan ketertiban umum sehingga selain bisa menaikan pendapatan dan juga bisa mendapatkan penghargaan dari pemerintah’’.

‘’Profesi tukang ojek bisa menjadi perubah yang positif bukan hanya buat diri dan keluarga, tetapi perubahan positif bagi masyarakat serta pemerintah, dengan cara selalu menjaga budaya Baku Gandeng, Pela Gandong dan banyak budaya luhur yang dimiliki masyarakat Maluku yang bisa diterapkan dalam menjalankan profesinya, disamping selalu mengurus kelengkapan surat-surat kendaraan, taat aturan lalu-lintas, mendukung kamtibmas, menjaga kebersihan dengan cara berperilaku bersih, membina sesame warga kota, melaporkan kasus sampah ke pemerintah kota, sehingga profesi tukang ojek bisa menjadi kebanggaan’’.

‘’Disamping itu, tukang ojek, pedagang di pasar bahkan pedagang asongan menjadi pencetus dan tombak utama perdamaian yang ada di Kota Ambon. Ojek terbukti pernah berperan sebagai ujung tombak perdamaian sebab ojek menjadi pelintas batas paling berani, tidak terlibat pertengkaran fisik sesame ojek maupun dengan warga lainnya. Apabila terjadi konflik, mengambil inisiatif untuk meredakan konflik, tidak menjadi penebar gossip dan provokasi, sebaliknya menjadi agen perdamaian. Melaporkan kepada Apkam bila terjadi konflik yang berpotensi meluas’’, tandas pria yang juga pernah menjadi koordinator 50 komunitas anak muda untuk wilayah Maluku-Maluku Utara-Papua-Maluku Tenggara Barat.

Profesi tukang ojek hidup dalam aktifitas keseharian dengan ragam karakteristik masyarakat Kota Ambon, menjadikan para tukang ojek untuk tetap ikhlas melayani bagi sesama, bukan mengutamakan penghasilan namun juga mengutamakan kenyamanan serta keamanan penumpang yang hendak menggunakan jasanya. Meski berprofesi sebagai tukang ojek, namun mampu untuk menciptakan kondisi kota untuk tetap kondusif, contoh yang sangat sering terlihat adalah apabila konflik antar agama yang terjadi di Kota Ambon justru ojek lah yang selalu setia untuk melayani dari kendaaraan lainnya, walau hinggga ke daerah perbatasan di Kota Ambon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun